LAPORAN PRAKTIKUM
PRODUKSI TERNAK UNGGAS
PENIMBANGAN MINGGU KE 1
OLEH :
A3 P2U1
AFFRIAN PERDANA E10017111
ALDI IRAWAN TARIGAN E10017121
HIKMAWATI E10017026
JUPRIADI E10017005
IKA ARMITA SARI E10017075
KARDIA LAILIH AWALIAH E10017045
M. UTAMA MANDALA PUTRA E10017015
M. RIZAADITYA E10017038
ROMA ADRIAN E10017125
WIDYA ANGGRAINI E10017036
YUNI PRASETYANI E10017009
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita ucapkan kepada tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-nya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Adapun tugas laporan mingguan ini yaitu mengenai praktikum mata kuliah “NTU dan PTU” penimbangan ayam pada minggu ke-2.
Saya bertrimakasih kepada rekan-rekan khususnya kepada Asdos yang telah membantu kami dalam menyelesaikan praktikum dan laporan ini, kami mengharapkan bahwasannya apa yang telah kami buat dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Jambi, April 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1.Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2.Tujuan................................................................................................ 2
1.3.Manfaat.............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3
BAB III MATERI DAN METODA.............................................................. 6
2.1. Waktu dan Tempat........................................................................... 6
2.2. Materi ............................................................................................... 6
2.3. Metoda.............................................................................................. 6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 7
3.1. Pertambahan Bobot Badan............................................................... 7
3.2. Konsumsi Ransum............................................................................ 9
3.3. Konversi Ransum.............................................................................. 10
3.4 Efisiensi Pakan .................................................................................. 11
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 13
4.1. Kesimpulan....................................................................................... 13
4.2. Saran................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1. Standar Berat Badan per Minggu Ayam Boiler.......................................... 7
2. Pertambahan Bobot Badan DOC P2U1 Minggu ke-3................................ 7
3. Standar Konsumsi Pakan per Minggu Ayam Boiler................................... 9
4. Konsumsi Pakan DOC P2U1 Minggu ke-3................................................ 9
5. Standar Konversi Ransum........................................................................... 10
6. Konversi ransum tiap minggu...................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ayam broiler merupakan jenis ayam hasil dari budidaya teknologi peternakan yang memiliki ciri khas pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi pakan yang rendah dan siap dipotong pada usia 28-45 hari. Dalam beternak ayam yang perlu diperhatikan antara lain pemberian pakan ayam yang seimbang dan suhu kandang ayam yang sesuai. Ransum merupakan pakan yang siap diberikan kepada ternak terdiri dari campuran bahan–bahan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak selama 24 jam. Formulasi ransum berguna untuk meminimalisir biaya yang dikeluarkan untuk pakan tetapi dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternak tersebut. Ransum yang baik membutuhkan beberapa data seperti bahan pakan yang meliputi kandungan gizi serta adanya zat anti nutrisi atau zat berbahaya yang terkandung di dalamnya. Sistem kandang merupakan pembentukan suatu kandang sesuai dengan tujuannya hingga membuat ternak merasa nyaman untuk menghasilkan produksi yang tinggi.
Ayam merupakan termasuk hewan berdarah panas (endotermik) yang suhu tubuhnya diatur suatu batasan yang sesuai. Ayam dapat bereproduksi secara optimum bila faktor-faktor internal dan eksternal berada dalam batasan-batasan yang normal sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Suhu lingkungan merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi produktivitas ayam. Suhu panas pada suatu lingkungan pemeliharaan ayam telah menjadi salah satu perhatian utama karena dapat menyebabkan kerugian ekonomi akibat peningkatan kematian dan penurunan produktivitas. Keadaan suhu yang relatif tinggi pada suatu lingkungan pemeliharaan menyebabkan terjadinya cekaman panas. Cekaman panas menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan ayam broiler. Gangguan pertumbuhan ini terkait dengan penurunan konsumsi pakan dan peningkatan konsumsi air minum selama ayam mengalami cekaman panas.Peternak ayam diharuskan memilih metode-metode yang tepat guna untuk pemeliharaan ayam. Metode-metode itu antara lain metode pemilihan lahan, metode pembuatan kandang, metode pemberian pakan, metode pembersihan kandang, dan lainnya. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah pemanfaatan teknologi.
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk pemeliharaan ternak ayam dengan baik, untuk mencapai bobot badan yang telah ditentukan, mengehindari kematian pada ayam, cara menyusun ransum, mengetahui sistem perkandangan yang baik
1.3. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari praktikum ini adalah dapat mendukung dan membantu peternak dalam pemeliharaan ayam sehingga suhu kandang ayam bisa dijaga sesuai dengan kebutuhan. teknik maupun cara dalam penyusunan ransum, faktor faktor yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan produksi ternak dalam suatu perkandangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsumsi pakan yang tinggi diikuti oleh pertambahan bobot badan yang tinggi dan sebaliknya, ini terjadi karena salah satu fungsi pakan bagi unggas adalah untuk pertumbuhan. Hal ini berhubungan dengan proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh ternak yang akhirnya hasil proses tersebut digunakan untuk pertumbuhan (Muharlien et al., 2011).
Konversi ransum merupakan perbandingan antara ransum yang di konsumsi dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Angka konversi ransum menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan ransum, artinya semakin rendah angka konversi ransum, semakin tinggi nilai efisiensi ransum dan semakin ekonomis. Konversi ransum berkaitan dengan konsumsi pakan dan pertambahan berat badan (Razak et al., 2016).
Konsumsi ransum yang tinggi, maka konsumsi protein juga semakin tinggi, begitu juga sebaliknya jika konsumsi ransum rendah maka konsumsi protein juga rendah. jumlah konsumsi protein berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan, ini disebabkan karena pertambahan bobot badan tersebut berasal dari sintesis protein tubuh yang berasal dari protein. Peningkatan pertambahan bobot badan berbanding terbalik dengan konversi ransum dan rasio efisiensi protein (Situmorang N. A., dkk ,2013)
Menurunnya kandungan energi dan protein dalam ransum akan menyebabkan semakin rendahnya protein yang dapat dicerna dan menurunnya retensi protein, sehingga akan menurunkan pertumbuhan (Ariesta et al., 2017).
Nilai konversi ransum yang terlalu tinggi kemungkinan disebabkan karena jumlah ransum yang dikonsumsi tidak sepenuhnya untuk produksi melainkan lebih banyak digunakan untuk yang lain, yaitu untuk menyesuaikan suhu tubuh dengan suhu lingkungan. Faktor yang mempengaruhi konversi ransum yaitu genetik, temperatur, ventilasi, sanitasi, kualitas pakan, jenis ransum, penggunaan zat additive, kualitas air, penyakit serta manajemen pemeliharaan (Idayat, U,dkk ,2012)
Pada ayam, energi digunakan untuk hidup dan produksi (pembentukan daging). Biasanya, energi yang diperoleh ayam tidak memenuhi jumlah yang dibutuhkan untuk produksi, sehingga energi yang ada diutamakan untuk menyelamatkan hidupnya terlebih dahulu (memenuhi kehidupan pokoknya). Bila kasus kekurangan energi terus terjadi, ayam akan menggunakan cadangan energinya terlebih dahulu (cadangan energi ini tersimpan dalam bentuk lemak di beberapa bagian tubuhnya). Cadangan energi ini diambil dari depo-depo lemak (Kusuma et al., 2016).
Penurunan nilai Rasio Efisiensi Protein (REP) disebabkan oleh pertambahan bobot badan masing-masing perlakuan ,semakin menurun dan konsumsi protein juga mengalami penurunan (Kurnia, dkk ,2014)
Pertambahan bobot badan diperoleh melalui perbandingan antara selisih bobot akhir (panen) dan bobot awal dengan lamanya pemeliharaan. Bobot awal didapat dengan cara penimbangan DOC sedangkan bobot akhir (panen) didapat dari rata-rata bobot badan ayam pada saat dipanen. (Adirangga Fahrudin,dkk ,2016)
Pertumbuhan mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah ransum yang dikonsumsi. Pertumbuhan yang cepat seperti yang dimiliki oleh broiler, lebih sensitif terhadap pengaruh tingkat gizi dengan kualitas dan kadar protein yang baik serta energi yang seimbang akan mengakibatkan pertumbuhan yang cepat (Hengkie Liwe, dkk ,2014)
Rata-rata konsumsi pakan per ekor broiler periode finisher cenderung menurun dengan semakin besar tingkat penggunaan minyak kelapa kedalam ransum. Penurunan ini disebabkan oleh kandungan energi metabolis ransum, karena komsumsi sangat dipengaruhi oleh kebutuhan akan energi. Bila energi telah terpenuhi, maka ayam berhenti mengkonsumsi ransum (Prayogi, 2007).
Retensi protein tertinggi pada fase starter diperoleh tepung (94,23%) dan terendah diperoleh crumble (92,34%) sedangkan pada fase finisher ransum berbentuk coarse crumble menunjukkan hasil yang sama dengan ransum berbentuk pellet. Dapat disimpulkan bahwa ransum fase starter dapat menggunakan tepung atau fine crumble sedangkan ransum fase finisher dapat menggunakan coarse crumble atau pellet (Panjaitan et al., 2011).
Semakin bertambahnya umur akan menurunkan nilai REP karena konsumsi ransum meningkat tetapi pertambahan bobot badan relatif tetap, sehingga efisiensi protein menurun. Nilai REP menunjukkan efisiensi penggunaan protein untuk pertumbuhan. Semakin tinggi nilai REP berarti semakin efisien ternak menggunakan protein, sehingga pada akhirnya akan berpengaruh juga pada pertumbuhan (N. A. et al., 2013).
Semakin kecil nilai konversi ransum maka semakin efisien ternak tersebut dalam mengkonversikan pakan ke dalam bentuk daging (Adirangga Fahrudin,dkk ,2016)
Semakin pendek waktu penyediaan pakan akan mengurangi kesempatan broiler untuk makan. Penyediaan pakan secara ad libitum akan memberikan kesempatan ayam untuk mengkonsumsi pakan setiap saat sesuai dengan kebutuhannya sedangkan semakin pendek waktu penyediaan pakan, kesempatan itu berkurang sehingga konsumsi pakan juga berkurang (Siregar and Azis, 2016).
Semakin tinggi kandungan nutrisi pakan akan mempengaruhi kadar lemak daging ayam. Besarnya konsumsi pakan dipengaruhi oleh kebutuhan dasar dari ayam kampung dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya, baik untuk kebutuhan hidup pokok maupun untuk produksi (Fitasari and Afrila, 2015).
Semakin tingginya konversi ransum menunjukkan bahwa broiler semakin tidak mampu untuk menggunakan ransum yang dikonsumsi secara maksimal. Tepung kulit kopi dapat menggantikan dedak halus sampai 66.66% atau penggunaannya sebesar 14% dalam ransum broiler(Sandro et al., 2016).
BAB III
MATERI DAN METODA
2.1. Waktu Dan Tempat
Praktikum produksi ternak unggas mengenai pemeliharaan ayam broiler ini dilaksanakan setiap hari minggu dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai dan pemeliharan dilakukan setiap hari di kandang pemeliharaan ayam Faultas Peternakan Universitas Jambi.
2.2. Materi
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum produksi ternak unggas mengenai pemeliharaan ayam broiler adalah DOC 200 ekor, kandang pemeliharaan, koran, tempat pakan dan tempat minum (ampul), pakan ayam, timbangan, plastik, spidol, listrik, lampu, dan lakban.
2.3. Metode
Adapun metode yang digunakan pada praktikum produksi ternak unggas mengenai pemeliharaan ayam broiler adalah sebelum pemeliharaan kandang yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu, kemudian DOC yang berjumlah 200 ekor dibagi menjadi 10 ekor perkelompok, kemudian ayam diberikan nomor kaki menggunakan lakban, setelah itu ayam dimasukan ke kandang yang telah dialasi dengan koran dan telah dipasang lampu sesuai dengan perlakuan (komersil), kemudian ayam diberikan pakan dan minum. Pemeliharaan dilakukan selama 4 minggu, setiap minggu dihitung konsumsi, pertambahan bobot badan dan konversi pakan setiap ayam broiler.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan berat badan dihitung dengan cara mengukur berat badan dalam waktu satu minggu. Tiap akhir minggu ayam ditimbang dan hasil penimbangannya dikurangi dengan bobot hidup minggu lalu maka hasil pengurangan itulah yang dinamakan pertumbuhan bobot hidup mingguan. Berikut hasil pertambahan bobot badan DOC selama 1 minggu pada minggu ke-2, yaitu :
Gambar 4. Penimbangan DOC minggu ke-1
Tabel 1. Standar Berat Badan per Minggu Ayam Broiler
Umur (minggu)
|
Berat badan (gram)
|
1
|
180
|
2
|
485
|
3
|
935
|
4
|
1.475
|
5
|
2.058
|
6
|
2.642
|
Tabel 2. Pertambahan Bobot Badan DOC P2U1 Minggu ke-3
Kode DOC A3 P2U1
|
BB awal
(gr)
|
BB minggu ke-3 (gr)
|
PBB per ekor (gr/ekor)
|
PBB per ekor per hari (gr/ekor/hari)
|
199
|
121
|
205
|
84
|
12
|
161
|
113
|
200
|
87
|
12,43
|
191
|
118
|
218
|
100
|
14,29
|
148
|
99
|
173
|
74
|
10,57
|
181
|
113
|
177
|
64
|
9,14
|
122
|
102
|
204
|
102
|
14,57
|
164
|
112
|
219
|
107
|
15,29
|
121
|
131
|
259
|
128
|
18,29
|
138
|
114
|
231
|
117
|
16,71
|
153
|
102
|
157
|
55
|
7,86
|
Jumlah
|
1125
|
2043
|
918
|
131,15
|
Rata-rata
|
112,5
|
204,3
|
91,8
|
13,2
|
Sumber : Data kelompok 3 Kelas A (Peternakan) angkatan 2017 Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa 10 ekor ayam yang dipelihara selama seminggu mengalami pertambahan bobot badan dengan rata-rata 91,8 gram/ekor. Pertambahan bobot badan per ekor per hari untuk 10 ekor DOC ini rata-rata sebesar 13,2 gram/ekor/hari. Jika dilihat dari Tabel 1. dapat di artikan bahwa pertambahan bobot badan ayam DOC belum sesuai dengan standar ketentuan yakni pada umur 3 minggu bisa mencapai 935 gram. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor bahan pakan. Susunan persentase bahan pakan yang digunakan dalam ransum juga berpengaruh terhadap performa ayam broiler. Bahan pakan yang digunakan dalam ransum antara lain dedak dan jagung sebagai sumber energy, tepung ikan dan bungkil kedelai sebagai sumber protein serta mineral mix sebagai sumber mineral. Sandro Murib (2016) dalam hasil penelitiannya mengatakan bahwa PBB lebih baik jika ayam diberi pakan dedak dibandingkan kulit kopi. PBB ayam yang diberi pakan dedak lebih tinggi dibandingkan ayam yang diberi pakan kulit kopi, sehingga untuk sumber energy yang baik bagi ayam yaitu dedak dibandingkan bahan yang lain. Selain itu, stress pada ternak ataupun suhu lingkungan yang tinggi juga dapat mempengaruhi PBB pada ayam. Hal ini terjadi karena pada minggu-minggu ini, cuaca sangat tidak menentu, suhu sedikit ekstrim sehingga tubuh ternak berupaya keras untuk menyesuaikan keadaan lingkungan. Liborio et al. (2018) mengatakan Cekaman panas berdampak negatif terhadap performa produksi broiler periode starter. Perbedaan awal waktu pemberian pakan pasca menetas mempengaruhi konsumsi pakan, PBB dan FCR broiler periode starter. Perlakuan suhu rendah dan awal pemberian pakan 12 jam pasca menetas menunjukkan hasil yang terbaik.
4.2. Konsumsi
Konsumsi ransum dihitung setiap minggu dengan menimbang ransum yang diberikan dalam satu rninggu dikurangi ransum yang tersisa pada akhir minggu lalu dibagi tujuh untuk memperoleh konsumsi per hari. Berikut data konsumsi pakan selama 1 minggu yaitu :
Tabel 3. Standar Konsumsi Pakan per Minggu Ayam Broiler
Umur (minggu)
|
Konsumsi pakan (gram)
|
1
|
154
|
2
|
510
|
3
|
1.172
|
4
|
2.11
|
5
|
3.298
|
6
|
4.605
|
Tabel 4. Konsumsi Pakan DOC P2U1 Minggu ke-3
Perlakuan
|
Pemberian
|
Sisa
|
Konsumsi Total
|
Konsumsi per ekor
|
Konsumsi per ekor per hari
|
P2U1
|
2229 gr
|
0 gr
|
2229 gr
|
222,9 gr
|
31,84 gr
|
Sumber : Data kelompok 3 Kelas A (Peternakan) angkatan 2017 Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selama 3 minggu pemberian pakan, 10 ekor DOC mengkonsumsi pakan sebanyak 2229 gram dari pemberian 2229 gram. Konsumsi pakan untuk per ekornya ± 222,9 gram, sedangkan konsumsi per ekor per hari yaitu sekitar 31,84 gram. Jika dilihat dari Tabel 3. dapat di artikan bahwa konsumsi pakan ayam DOC belum sesuai dengan standar ketentuan yakni pada umur 3 minggu konsumsinya bisa mencapai 1172 gram. Dari wacana tersebut yang mengakibatkan konsumsi ayam tidak sesuai dengan konsumsi standar yang ada pada tabel 3. yaitu pada besar kecilnya partikel pakan yang digunakan. Dimana pakan yang digunakan untuk perlakuan P2 U1 A3 itu berbentuk tepung sehingga ayam susah untuk mengkonsumsi pakan dan ayam banyak mengkonsumsi air minum sedangkan temboloknya belum terisi penuh. Dari sanalah penyebab terjadinya konsumsi standar ayam tidak tercapai dan protein yang dibutuhkan juga tidak tercapai sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembang ayam sedikit terganggu.
Pernyataan diatas sesuai dengan pendapat Situmorang N.A at.al (2013) menyatakan bahwa konsumsi ransum yang tinggi, maka konsumsi protein juga semakin tinggi, begitu juga sebaliknya jika konsumsi ransum rendah maka konsumsi protein juga rendah.
4.3. Konversi
Konversi ransum dihitung dengan perbandingan antara konsumsi ransum dan pertambahan berat badan. Konversi ransum dapat memperlihatkan seberapa jauh efisiensi perubahan makanan menjadi daging. Dalam hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu strain ayam, kualitas ransum, kondisi kandang dan jenis kelamin.
Tabel 5. Standar Konversi Ransum
Umur (minggu)
|
Berat badan (gram)
|
Konversi
|
1
|
180
|
0,86
|
2
|
485
|
1,05
|
3
|
935
|
1,25
|
4
|
1.475
|
1,43
|
5
|
2.058
|
1,60
|
6
|
2.642
|
1,74
|
Tabel 6. Konversi Ransum Tiap Minggu
Minggu
|
Konsumsi total (g)
|
Jumlah PBB (g)
|
Konversi
|
ke-1
|
589
|
204
|
2,89
|
ke-2
|
1182
|
538
|
2,19
|
ke-3
|
2229
|
918
|
2,42
|
Sumber : Data kelompok 3 Kelas A (Peternakan) angkatan 2017 Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
Pada praktikum ini didapatkan hasil konversi ransum selama 3 minggu untuk perlakuan P2U1 yaitu sebesar 2,42. Nilai konversi ini lebih kecil daripada nilai konversi saat minggu pertama. Akan tetapi nilai konversi ini jauh dari angka standar konversi ransum yaitu umur 3 minggu memiliki angka konversi ransum sebesar 1,25. Sehingga dapat dikatakan tidak efiensinya konsumsi ransum menjadi daging. Hal ini dikarenakan konversi pakan yang sebaik-baiknya rata-rata 2 kg pakan per kg daging atau bila kurang maka lebih baik, semakin kecil nilai konversi pakan efisiensi ransum yang digunakan lebih baik.
Aktivitas makan yang tinggi dan angka konversi pakan yang tinggi diduga dikarnakan dari tekstur pakan yang di berikan lebih di sukai ayam,sehingga ayam lebih suka makan. Pada perlakuan P2U1 tekstur pakan yang di berikan berbentuk tepung sehingga ayam kurang sukan, ayam lebih menyukai pakan dalam bentuk butiran sesuai dengan paruhnya. Menurut Qomaruz dkk.(2013) yang menyatakan bahwa tingginya kebutuhan energy metabolis yang diperlukan ayam pedaging untuk memecah senyawa komplek pakan dalam proses pencernaan menyebabkan berkurangnya energy metabolis yang digunakan oleh ayam pedaging untuk peningkatan biomassa sehingga menyebabkan angka konversi pakan menjadi semakin tinggi dalam artian pakan yang dikonversi menjadi biomassa tubuh hanya sebagian dan sebagian yang lain terbuang bersama feses.
4.4. Efisiensi pakan
Efisiensi pakan adalah perbandandingan antara pertambahan bobot badan yang dihasilkan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi. Nilai efisiensi penggunaan pakan menunjukkan banyaknya pertambahan bobot badan yang dihasilkan dari satu kilogram pakan. efisiensi pakan kebalikan dari konversi pakan, semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka jumlah pakan yang diperlukan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit. Lemak dan energi dalam ransum dapat memperbaiki efisiensi pakan karena semakin tinggi kadar lemak dan energi dalam ransum menyebabkan ternak mengkonsumsi pakan lebih sedikit tetapi menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi.
Jika dilihat dari hasil pada perhitungan diatas, efisiensi penggunaan ransum minggu ke-3 didapat pada angka 92% atau 0,92 yaitu hasil dari PBB dibagi dengan konsumsi pakan total, angka efisiensi disini terlalu tinggi jika dibandingkan dengan rekomendasi dari beberapa penelitian sebelumnya yang menggunakan bahan pakan penyusun ransum seperti jagung kuning, dedak halus, tepung ikan, bungkil kedele, dan mineral pada proses pemeliharaan awal (starter), yaitu didapat sebesar 0,15. Angka disini berbeda cukup jauh sehingga tidak menguntungkan dalam perhitungan angka efisiensi penggunaan ransum, karena efisiensi adalah perbandingan antara konsumsi ransum dengan pertambahan berat badan. Menurut (Sandy P. Dengah, 2016) , efisiensi penggunaan ransum yang pada dasarnya merupakan hasil perhitungan antara jumlah konsumsi ransum dan angka pertambahan berat badan juga mengikuti pola yang sama antara ke duanya
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini yaitu bahwa untuk pemeliharaan ayam broiler itu diawali dengan persiapan kandang, sanitasi kandang, pemberian desinfektan dan pengapuran, persiapan litter, persiapan pakan dan finishing. Pakan dan minum yang digantung bertujuan agar tidak tercecer atau tumpah, selain itu agak ayam broiler mudah untuk mengambil makan atau minum. Kemudian PBB dari setiap ayam juga berbeda. Hal tersebut dipengaruhi oleh konsumsi ransum setiap harinya. Konsumsi pada setiap ayam juga berbeda beda. Semakin bertambah umur ayam broiler maka kebutuhan pakan akan bertambah.
4.2 Saran
Semoga praktikum kedepannya dapat lebih baik lagi dan lebih efesien lagi. Dan diharapkan kepada praktikan agar lebih serius lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Adirangga Fahrudin, Wiwin Tanwiriah, Heni Indrijani. 2016. Konsumsi Ransum, Pertambahan Bobot Badan Dan Konversi Ransum Ayam Lokal Di Jimmy’s Farm Cipanas Kabupaten Cianjur . Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
Ariesta, A. H., I. G. Mahardika, and G. A. M. K. Dewi. 2017. Pengaruh level energi dan protein ransum terhadap penampilan ayam kampung umur 0-10 minggu. Majalah Ilmu Peternakan. 18:89–94.
Fitasari, E., and A. Afrila. 2015. Efek probiotik pada aplikasi kadar protein kasar (PK) pakan yang berbeda terhadap efisiensi pakan ayam kampung. Buana Sains. 15:35–44.
Hengkie Liwe, B. Bagau dan M. R. Imbar. 2014. Pengaruh Lama Fermentasi Daun Pisang Dalam Ransum Terhadap Efisiensi Penggunaan Pakan Ayam Broiler. Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 114 – 123
Idayat, U. Atmomarsono, W. Sarengat. 2012. Pengaruh Berbagai Frekuensi Pemberian Pakan Pada Pembatasan Pakan Terhadap Performans Ayam Broiler. Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, p hal 379 - 388
Kurnia Andhika Sari, Bambang Sukamto dan Bambang Dwiloka. 2014. Efisiensi Penggunaan Protein pada Ayam Broiler dengan Pemberian Pakan Mengandung Tepung Daun Kayambang (Salvinia molesta) . Agripet Vol 14, No. 2
Kusuma, H. A., A. Mukhtar, and R. Dewanti. 2016. Pengaruh tingkat pembatasan pemberian pakan (restricted feeding) terhadap performan ayam broiler jantan. Sains Peternakan. 14:43–51.
Muharlien, Achmanu, and R. Rachmawati. 2011. Meningkatkan produksi ayam pedaging melalui pengaturan proporsi sekam, pasir dan kapur sebagai litter. Jurnal Ternak Tropika. 12:38–45.
N. A., S., L. D. Mahfudz, and U. Atmomarsono. 2013. Pengaruh pemberian tepung rumput laut (Gracilaria verrucosa) dalam ransum terhada efisiensi penggunaan protein ayam broiler. Animal Agriculture Journal. 2:49–56.
Panjaitan, I., M. Tafsin, and Z. Siregar. 2011. Efek bentuk fisik ransum terhadap efisiensi. Jurnal Peternakan Integratif. 1:165–172.
Prayogi, H. S. 2007. Pengaruh penggunaan minyak kelapa dalamransum terhadap konsumsi pakan, peningkatan bobot badan, konversi pakan dan karkas broiler periodefinisher. Jurnal Ternak Tropika. 7:18–27.
Razak, A. D., K. Kiramang, and M. N. Hidayat. 2016. Pertambahan bobot badan, konsumsi ransum dan konversi ransum ayam ras pedaging yang diberikan tepung daun sirih (piper betle linn) sebagai imbuhan pakan. Jurnal Ilmu dan Industri Perternakan. 3:135–147.
Sandy P. Dengah, J. F. (2016). Pengaruh penggantian tepung ikan dengan tepung maggot (Hermetia illucens) dalam ransum terhadap performans broiler. Jurnal Zootek, 36, 51-60.
Sandro, M., M. Najoan, B. Bagau, and I. M. Untu. 2016. Pengaruh substitusi dedak halus dengan tepung kulit kopi dalam ransum terhadap performa broiler. Jurnal Zootek. 36:218–225.
Siregar, B., and A. Azis. 2016. Pengaruh pengaturan waktu pemberian pakan selama periode pertumbuhan ayam broiler terhadap rasio efisiensi penggunaan protein. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 19:71–76.
Situmorang N. A., L.D. Mahfudz, dan U. Atmomarsono. 2013. Pengaruh Pemberian Tepung Rumput Laut (Gracilaria Verrucosa) Dalam Ransum Terhadap Efisiensi Penggunaan Protein Ayam Broiler. Animal Agricultur al Journal, Vol. 2. No. 2 , hal 49 – 56
0 Response to "LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS"
Posting Komentar
Silahkan Masukan Pendapat dan Saran Teman-teman Di bawah ini.