MAKALAH METODE PENELITIAN DAN STATISTIK DASAR

                                                                        MAKALAH

                                    METODE PENELITIAN DAN STATISTIK DASAR

 


EKA YULIA NINGSIH         :           181015401005

                                      

Dosen Pengampuh :

                                                Deevi ayu resia,S,ST,M.Kes

 

 

 STIKES KELUARGA BUNDA JAMBI  PRODI DIII KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2019/2020

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

Kata Pengantar ………………………….……………………………...………………… i

Daftar Isi …………………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ………………………………………….………………………….……..1

Rumusan Masalah ………………………………..……………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 validitas dan reabilitas…….………………………………………………..

2.2 pengembengan instrument penelitian……………………………..……………………............

BAB III  PENUTUP

     Kesimpulan ……………………………………………………………..……

     Daftar Pustaka

 


 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Karena berkat rahmat,hidayah nya, saya mampu menyelesaikan makalah Validitas dan rehabilitas,pengembangan instrument penelitian . Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan metode penelitian dan statistic Dasar. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menginspirasi bagipara pembaca.makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih banyak kekurangan, baik dalam hasil maupun sistematika dan tehnik penulisanya.

Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                                                                                 Jambi,16 mei 2020

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.LATAR BELAKANG

Dalam menyusun dan sebelum mengaplikasikan instrumen penelitian, ada tahapan yang begitu penting bagi bagaimana hasil dari penelitian tersebut dapat dipertanggungjawakan, hal penting tersebut adalah yang biasa disebut dengan validitas dan reliabilitas.

Validitas sendiri merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian.

Sedangkan pengertian reliabilitas adalah menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik, atau hal yang berkaitan dengan keterandalan suatu indikator. Yang dimaksud andal disini bahwa instrumen yaitu tidak berubah-ubah atau konsisten .

Mengenai validitas dan reliabilitas menjadi suatu perhatian lebih oleh peneliti, dikarenakan peranya yang begitu penting dan dijadikan suatu keharusan bagi peneliti untuk menguji instrumenya terlebih dahulu sebelum digunakan dalam meneliti suatu objek penelitian. Karena dengan instrumen yang valid dan reliabel, tentunya akan menghasilkan suatu penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.

 

B.RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian?

2. Apa saja macam-macam dari validitas dan reliabilitas pada instrumen penelitian?

3. Apa tujuan diadakanya validitas dan reliabilitas pada instrumen penelitian?

4. Apa pengertian instrument penelitian ?

5. Apa saja jenis instrument penelitian ?

 

C.TUJUAN

1.  Mengetahui dan memahmi akan pengertian validitas dan reliabilitas;

2.  Mengetahui dan memahmi akan macam-macam validitas dan reliabilitas pada instrumen  penelitian;

3.  Mengetahui dan memahmi tujuan dari validitas dan reliabilitas pada instrumen penelitian;

4. mengetahui instrument penelitian

5.mengetahui apa saja jenis instrument penelitian

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II
PEMBAHASAN

 

2.1 Validitas dan reabilitas

a.      Pengertian

Validitas merupakan suatu ukuran

 yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Jadi pengujian validitas itu mengacu pada sejauh mana suatu instrument dalam menjalankan fungsi. Instrument dikatakan valid jika instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Menurut Sugiyono (2008:363).

 

b.      Macam-macam Validitas

Ada tiga jenis validitas yang sering digunakan dalam penyusunan instrumen, yaitu:

a)      Validitas isi Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan instrumen mengukur isi yang harus diukur. Artinya, alat ukur tersebut mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Misalnya tes hasil belajar bidang studi IPS, harus bisa mengungkap isi bidang studi tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menyusun tes yang bersumber dari kurikulum bidang studi yang hendak diukur.

b)      Validitas bangun pengertian (Construct validity) Validitas bangun pengertian (Construct validity) berkenaan dengan kesanggupan alat ukur mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang diukurnya. Pengertian-pengertian yang terkandung dalam konsep kemampuan, minat, sebagai variabel penelitian dalam berbagai bidang kajian harus jelas apa yang hendak diukurnya. Menetapkan indikator suatu konsep dapat dilakukan dalam dua cara, yakni (a) menggunakan pemahaman atau logika berpikir atas dasar teori pengetahuan ilmiah dan (b) menggunakan pengalaman empiris, yakni apa yang terjadi dalam kehidupan nyata. Contoh: Konsep mengenai “Hubungan Sosial”, dilihat dari pengalaman, indikatornya empiris adalah keterkaitan dari

 - bisa bergaul dengan orang lain

 - disenangi atau banyak teman-temannya

 - menerima pendapat orang lain

 - tidak memaksakan pendapatnya

 - bisa bekerja sama dengan siapa pun

 - dan lain-lain.

c)   Validitas ramalan (predictive validity) Validitas ramalan artinya dikaitkan dengan kriteria tertentu. Dalam validitas ini yang diutamakan bukan isi tes tapi kriterianya, apakah alat ukur tersebut dapat digunakan untuk meramalkan suatu ciri atau perilaku tertentu atau kriteria tertentu yang diinginkan. Misalnya alat ukur motivasi belajar, apakah dapat digunakan untuk meramal prestasi belajar yang dicapai. Artinya terdapat hubungan yang positif antara motivasi dengan prestasi. Dengan kata lain dalam validitas ini mengandung ciri adanya relevansi dan keajegan atau ketetapan (reliability). Motivasi dapat digunakan meramal prestasi bila skor-skor yang diperoleh dari ukuran motivasi berkorelasi positif dengan skor prestasi. Validitas ramalan ini mengandung dua makna. Pertama validitas jangka pendek dan kedua jangka panjang. Validitas jangka pendek, artinya daya ramal alat ukur tersebut hanya untuk masa yang tidak lama. Artinya, skor tersebut berkorelasi pada waktu yang sama. Misalnya, ketetapan (reliability) terjadi pada semester dua artinya daya ramal berlaku pada semester dua, dan belum tentu terjadi pada semester berikutnya. Sedangkan validitas jangka panjang mengandung makna skor tersebut akan berkorelasi juga di kemudian hari. Mengingat validitas ini lebih menekankan pada adanya korelasi, maka faktor yang berkenaan dongan persyaratan terjadinya korelasi harus dipenuhi.

 

c. Kegunaan Validitas

1. Untuk menghindari pertanyaan yang kurang jela

 2. Untuk meniadakan kata-kata yang terlalu asing atau kata-kata yang menimbulkan kecurigaan

3. Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas

4. Untuk menambah item yang diperlukan atau meniadakan item yang dianggap tidak relevan

5. Untuk mengetahui validitas kuesioner tersebut

 

B. Reliabilitas

a. Pengertian Reliabilitas alat ukur adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya. Artinya, kapan pun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama. Contoh paling nyata adalah timbangan atau meteran.

 

b. Cara Menentukan Reliabilitas

 a) Cara Menentukan Reliabilitas dengan Menggunakan Rumus Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrument dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrument dengan teknik tertentu. Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrument yang diperoleh sesuai dengan tabel berikut:

1) Test-retest Dilakukan dengan cara mencobakan instrument beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal ini instrumenya sama, respondenya sama, dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrument tersebut sudah dinyatakan reliable. Pengujian cara ini sering juga disebut stability.

2.2 PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN

PENGERTIAN INSTRUMEN
Instrument penelitian adalah alat – alat yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau mencapai tujuan penelitian. Jika data yang diperoleh tidak akurat (valid), maka keputusan yang diambilpun akan tidak tepat.
Instrumen memegang peranan penting dalam menentukan mutu suatu penelitian dan penilaian. Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta menjadi data. Menurut Arikunto, data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis, benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data.

JENIS – JENIS INRUMESTN PENELITIAN
Secara garis besar instrument penelitian sosial dan pendidikan terbagi menjadi dua bagian yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif dilakukan pada latar yang alami (natural setting), lebih memperhatikan proses daripada hasil semata, dan yang terpenting adalah berusaha memahami makna dari suatu kejadian atau berbagai interaksi dalam situasi yang wajar 

Menurut Lincoln dan Guba (1985) ada tujuh hal yang membuat manusia menjadi instrument yang memiliki kualifikasi baik, yaiti: (1) responsive, (2) adaptif, (3) holistic, (4) memahami konsep yang tak terkatakan, (5) mampu memproses data secara langsung, (6) mampu mengklasifikasi dan meringkas data dengan segera, (7) mampu mengeksplorasi respon yang khusus dan istimewa. Singkatnya semua alat – alat yang digunakan oleh peneliti kualitatif dalam mengumpulkan data adalah sekedar alat bantu, sedangkan instrument utamanya adalah dirinya sendiri.
Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang datanya berbasis pada angka yang kemudian diuji dengan menggunakan perhitungan statistik. Dalam hal ini penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: (1) tes, (2) kuesioner, (3) pedoman observasi. Namun bila dikaji lebih jauh, sebagaimana yang akan ditunjukan pada bahasan mengenai tes, akan lebih tepat kalau instrument penelitian dipilahkan menjadi empat bagian, yaitu: (1) tes, (2) inventori, (3) kuesioner, (4) pedoman observasi.

TES SEBAGAI INSTRUMEN PENELITIAN
Dilihat dari aspek yang diukur , tes dibedakan menjadi dua bagian, yaitu tes non-psikologis dan tes psikologis. Jenis tes psikologis dibedakan lagi menjadi dua macam, yaitu tes psikologis yang mengukur aspek afektif dan tes psikologis yang digunakan untuk mengukur kemampuan intelektual.
tes psikologis yang dirancang untuk mengukur aspek afektif atau aspek non-intelektual dari tingkah laku umumnya dikenal dengan nama tes kepribadian (personality tests). ”Tes kepribadian” paling banyak digunakan untuk mengukur karakteristik seperti : pernyataan emosional, hubungan interpersonal, motivasi, minat, dan sikap. Tes psikologis jenis inilsh yang dalam bahasan selanjutnya disebut dengan nama inventory
Tes psikologis yang dimaksudkan untuk mengukur aspek kemampuan intelektual disebut dengan nama tes kemampuan (ability tests). Termasuk dalam kategori tes kemampuan ini adalah tes bakat (aptitude tests) dan tes kemahiran (proficiency tests). Tes prestasi belajar (achievement tests) termasuk dalam kategori kemahiran (Joni, 1984: 30).
Agar tes yang kita buat mampu memenuhi ketiga kriteria itu secara optimal, maka dalam penyusunannya haruslah mengikuti prosedur dan melalui proses yang benar. Prosedur yang ditempuh dalam menyusun atau mengembangkan tes kemampuan dalam rangka penelitian pada dasarnya adalah sebagai berikut:
(1) Penetapan Aspek yang Diukur
Dalam pengembangan tes hasil belajar ada dua aspek yang mendapat perhatian, yaitu:
Materi pelajaran
Aspek kepribadian (ranah kognitif, afektif, dan/ psikomotor) yang diukur.
(2) Pendeskripsian Aspek yang Diukur
Pendeskripsian aspek yang diukur tidak lain dari penjabaran lebih lanjut dari definisi operasional variable yang telah dilakukan pada langkah pertama. Untuk penyusunan tes, deskripsi variable ini dituangkan dalam bentuk table spesifikasi atau lebih dikenal dengan nama kisi-kisi tes. Di dalamnya termuat materi pelajaran dan aspek kepribadian yang diukur, bentuk tes dan tipe soal yang digunakan, serta jumlah soal.
(3) Pemilihan Bentuk Tes
Pemilihan bentuk tes di sini ialah tipe soal dilihat dari caranya peserta tes memberikan jawaban dan cara peneliti memberikan skor. Jika peserta tes memiliki kebebasan yang luas dalam menjawab soal-soal tes, maka dikatakan bahwa tes itu adalah tes subjektif (free answer tests). Sebaliknya, jika peserta tes tidak memiliki kebebasan dalam menjawab soal-soal tes, bahkan hanya tinggal memilih dari jawaban yang telah disediakan, maka tes itu disebut tes objektif (restricted answer tests).
Dilihat dari caranya peneliti memberikan skor, tes juga dibedakan menjadi tes subjektif dan tes objektif. Dinamakan tes subjektif apabila pada waktu member skor, peneliti harus memberikan pertimbangan terlebih dahulu terhadap jawaban yang diberikan oleh peserta tes. Setelah itu, barulah ia dapat memberikan skor. Sebaliknya, suatu tes dinamakan tes objektif manakal peneliti dapat memberikan skor secara langsung tanpa harus mempertimbangkan jawaban yang diberikan oleh peserta tes. Hal ini dimungkinkan karena jawaban terhadap tes objektif, terutama model pilihan, sudah bersifat pasti. Singkatnya, perbedaan tes subjektif dan tes objektif dapat dilihat dari dua aspek:

 (1) dari kebebasan peserta tes dalam menjawab soal-soal tes dan (2) dari caranya memberikan skor.
(4) Penulisan Butir Soal
(5) Perakitan Butir Soal
Perakitan butir soal ke dalam suatu tes didasarkan atas bentuk dan tipe soal yang dibuat, bukan disusun menurut urutan materi pelajaran. Buti-butir soal tes objektif dikelompokkan tersendiri, demikian juga halnya dengan soal-soal tes subjektif.
(6) Pelaksanaan Uji Coba Tes
Kegiatan uji coba instrumen ini dimaksudkan untuk mengetahui: (1) validitas butir soal, (2) tingkat reliabilitas tes, (3) ketepatan petunjuk dan kejelasan bahasa yang digunakan, dan (4) jumlah waktu riil yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tes.
(7) analisi hasil uji coba
Analisi terhadap hasil uji coba tes dimaksudkan untuk mengetahui secara empirik validitas butir soal dan tingkat reliabilitas tes. Ukuran yang digunakan untuk menilai validitas butir soal adalah indeks kesukaran soal (P) dan indeks daya beda soal (D).
(8) Seleksi, Penyempurnaan, dan Penataan Butir Soal
Seleksi atau penyempurnaan butir soal diperlukan karena biasanya selalu ada soal yang tidak memenuhi syarat dilihat dari kriteria tingkat kesukaran dan daya beda soal. Oleh sebab itu, jumlah soal yang ditulis untuk keperluan uji coba selalu harus lebih banyak dari jumlah yang diperlukan. Lazimnya soal yang tergolong mudah sebagian ditaruh di bagian paling awal dari tes, sedangkan yang sebagian lagi ditempatkan di bagian paling akhir.
(9) Pencetakan Tes
Yang perlu mendapat perhatian dalam hal ini antara lain format, jenis dan model huruf yang digunakan. Format tes berkenaan dengan tata letak (lay out) dari soal-soal di dalam tes, sedangkan jenis dan model huruf erat hubungannya dengan besar dan kejelasan huruf yang digunakan. Semuanya ini perlu diperhatikan agar penampilan tes menjadi rapi, “indah”, dan jelas sehingga menarik untuk dikerjakan.
Jika kesembilan tahap dalam penyusunan tes tadi dapat dikerjakan dengan seksama, kiranya peluang untuk mmemperoleh tes yang valid dan reliable akan lebih besar.

PENYUSUNAN INVENTORI
Inventori adalah instrument yang digunakan untuk mengukur karakteristik psikologis tertentu dari individu. Karena itu, inventori sering disinonimkan dengan tes kepribadian. Perbedaan yang Nampak jelas antara inventori dengan tes (kemampuan) ialah dalam hal sifat jawaban yang diberikan. Dalam inventori, jawaban yang diberikan merupakan suatu keadaan yang sewajarnya, suasana keseharian yang dirasakan dan dialami, atau sesuatu yang diharapkan. Dengan kata lain, dalam menjawab pernyataan/pertanyaaan di dalam inventori, orang tidak perlu belajar terlebih dahulu. Cukuplah kiranya jika ia dapat membaca dan/atau memahami hal-hal yang ditanyakan kepadanya. Karakteristik inventori yang demikian itu menuntut tata cara penyusunan yang berbeda dengan tes. Adapun prosedur yang dimaksud adalah:
Penetapan Konstruk yang Diukur
Konstruk menunjuk pada hal-hal yang pada dasarnya tidak dapat diamati secara langsung, seperti persepsi, minat, motivasi, sikap dan yang sejenisnya. Misalnya, variable yang akan diteliti adalah “ sikap nasionalisme siswa SMA”. Dari variable penelitian ini dapat diidentifikasi bahwa konstruk yang akan diukur adalah sikap.
Perumusan Definisi Operasional.
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat – sifat hal yang didefinisikan sehingga dapat diamati. Adapun cara yang dapat ditempuh untuk menyusun definisi operasional variable jenis ini dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu adalah:
Yang menekankan pada kegiatan apa yang dilakukan agar konstruk yang didefinisikan itu terjadi.
Yang memberikan aksentuasi kepada bagaimana kegiatan itu dilakukan, dan
Yang menitikberatkan pada sifat – sifat statis dari konstruk yang didefinisikan.(Suryabrata, 1983:84)
Pendeskripsian konstruk
Ketika langkah kita sudah sampai pada kegiatan merumuskan definisi operasional konstruk (variable) yang akan diukur, seringkali belum dapat secara langsung disusun alat ukurnya. Definisi operasional itu belum mampu menunjukan scara rinci mengenai isi konstruk (variable) yang hendak diukur, sehingga diperlukan adanya deskripsi atas konstruk (variable) tersebut. Untuk mempermudah penyusunan pernyataan dalam inventori, kebanyakan peneliti menuangkan deskripsi konstruk (variable) itu dalam bentuk matrik. Contoh dari deskripsi konstruk (variabel) yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Tabel deskripsi variable sikap nasionalisme
Konstruk Variable Sub – variabel Indikator
Sikap Sikap nasionalisme siswa SMA Cinta dan bangga sebagai bangsa indonesia Gemar menggunakan bahasa indonesia
Suka produksi dalam negeri
Mengembangkan kebudayaan nasional
Rela berkorban untuk kepentingan nasional Mengutamakan kepentingan umum/bangsa
Besedia mengikuti WAMIL
Mau bekerja diseluruh wilayah indonesia
Memelihara persatuan dan kesatuan bangsa Toleran
Bersedia menerima perbedaan SARA
Bersedia ikut dalam program pertukaran pemuda

Menyusun butir – butir pernyataan
Setelah deskripsi variable dapat dirampungkan, maka penulisan butir – butir pernyataan (items) dalam inventori akan dapat dilakukan secara lebih mudah. Kegiatan menulis pernyataan – pernyataan ini merupakan langkah yang kritis, karena dari pernyataan – pernyataan inilah akan dihasilkan data yang diperlukan. Kualitas penyataan yang dihasilkan tidak hanya ditentukan oleh penguasaan pengetahuan yang bersifat teoritis, tetapi harus didukung oleh latihan yang terarah, pengalaman yang cukup, kreatifitas dan kesungguhan, disamping faktor kiat yang diimiliki oleh masing – masing peneliti.
Pelaksanaan uji coba
Kegiatan uji coba instrument dalam proses penyusunan inventori mempunyai maksud yang sama dengan pelaksanaan uji coba tes. Bedanya dalam cara atau tekhnik yang digunakan untuk menguji validitas butir pernyataan dan mengestimasi tingkat reliabilitas instrument. Hal ini disebabkan oleh pemberian skor yang bersifat bergradasi.
Seperti halnya tes, subjek uji coba inventori harus memiliki karakteristik yang sama atau identik dengan subjek penelitian. Mengenai jumlah subjek yang diperlukan untuk keperluan uji coba ini berlaku rumus umum yang menyatakan bahwa semakin banyak subjek akan semakin baik. Jika subjek penelitian terbatas, sebaiknya jumlah subjek uji coba inventori tidak kurang dari 30.
Analisi hasil uji coba
Dalam inventori, jawaban responden tidak dapat dinilai benar atau salah, melainkan bergradasi. Oleh sebab itu, validitas butir pernyataan hanya didasarkan atas indeks daya beda soal. Sedangkan perhitungan indeks daya beda soal ini dapat menggunakan tekhnik analisis korelasi atau uji beda nilai rata – rata. Selanjutnya, estimasi tingkat reliabilitas instrument menggunakan rumus penghitungan koefisien Alpha dan Kronbach.
Seleksi, penyempurnaan, dan penataan butir pernyataan
Jarang sekali semua butir pernyataan dalam suatu inventori dinyatakan valid setelah melalui proses uji coba. Pengalaman menunjukan bahwa selalu ada butir – butir pernyataan yang dinyatakan kurang atau tidak valid. Butir pernyataan yang tidak valid perlu diganti, sedangkan yang kurang valid masih dapat dipakai setelah disempurnakan, setelah itu barulah dilakukan penataan butir pernyataan.
Ada satu hal yang perlu ditambahkan dalam penyusunan inventori, yaitu kata pengantar. Lazimnya kata pengantar berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan dilaksanakannya penelitian. Hal ini penting, untuk menghilangkan ketidakpastian, kecurigaan, dan kehawatiran dalam diri responden, sehingga mereka akan bersedia memberikan jawaban sebagaimana yang diharapkan. Etika penelitian sosial juga menyarankan agar maksud dan tujuan penelitian betul – betul jelas bagi responden sehingga asas informed consent terpenuhi (Smith, 1981:15). Rekomendasi dari instansi yang berwenang (misalnya pemerintah daerah, kanwil depdikbud) dapat dicantumkan sebagai kelengkapan isi kata pengantar. Selain itu jaminan akan kerahasiaan pribadi dan informasi yang diberikan responden penting juga diutarakan pada bagian pengantar. Bagian akhir biasanya berisi ucapan terimakasih atas kesediaan responden untuk membantu menyukseskan pelaksanaan penelitian.

KUESIONER SEBAGAI INSTRUMENT PENELITIAN
Kuesioner dari kata question = pertanyaan, adalah suatu daftar yang berisi serangkaian pertanyaan mengenai suatu hal dalam suatu bidang (Koentjaraningrat, 1980:215). Kuesioner banyak digunakan dalam penelitian pendidikan dan penelitian sosial yang menggunakan rancangan survei, karena ada beberapa keuntungan yang diperoleh, yaitu adalah:
Dapat disusun secara teliti dalam situasi yang tenang sehingga pertanyaan – pertanyaan yang terdapat didalamnya dapat mengikuti sistematik dari masalah yang diteliti.
Penggunaan kuesioner memungkinkan peneliti menjaring data dari banyak responden dalam periode waktu yang relative singkat.
Adapun kelemahan dari instrument kuesioner adalah sebagai berikut:
-Sulit bagi peneliti untuk menangkap kejadian atau suasana khusus pada waktu data dikumpulkan.
-Kurang memberi keleluasaan untuk mengubah susunan pertanyaan agar lebih cocok dengan alam fikiran atau pengetahuan para penjawab.
-Penelitian yang hanya menggunakan kuesioner saja tidak dapat menghasilkan temuan yang mendalam dan utuh.
Adapun cara penyelesaian/mengantisipasi kelemahan diatas adalah dengan cara harus mempertimbangkan kesesuaiannya dengan sifat masalah yang digarap, tujuan yang hendak dicapai, jenis variable penelitian, dan karakteristik subjek penelitian.
Penyusunan kuesioner
Prosedur penyusunan kuesioner hampir sama dengan prosedur penyusunan inventori. Bedanya terlihat pada langkah ke lima, yaitu pelaksanaan uji coba instrument. Dalam penyusunan kuesioner, kegiatan uji coba bukanlah untuk menguji validitas butir pertanyaan secara statistik, melainkan untuk mengetahui kejelasan petunjuk pengerjaan, kekomunikatifan bahasa yang digunakan, dan jumlah waktu riil yang dibutuhkan untuk dapat menjawab semua pertanyaan secara baik. Dengan demikian, prosedur yang ditempuh dalam menyusun kuesioner adalah:
Menetapkan objek yang akan diukur
Merumuskan definisi operasional
Membuat deskripsi dari objek yang diukur
Menyusun butir – butir pertanyaan
Melakukan uji coba
Menyempurnakan dan menata butir – butir prtanyaan dalam satu kesatuan secara sistematis.
Dalam menyusun butir – butir pertanyaan kuesioner ada dua hal yang perlu diperhatikan secara seksama, yaitu jenis pertanyaan yang dipergunakan dan tata urutannya didalam kuesioner. Dilihat dari bentuknya , pertanyaan yang dapat digunakan dalam kuesioner dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Pertanyaan terbuka (tak tersetruktur)
b. Pertanyaan tertutup ( terstruktur)
Dan pertanyaan semi terbuka
Pertanyaan terbuka hampir sama pengertiannya dengan soal tes subjektif, yaitu pertanyaan yang jawabannya bersifat luas dan beragam. Dengan kata lain, responden memiliki keleluasaan yang besar dalam merespon. Dalam pertanyaan tertutup, keleluasaan yang demikian itu tidak dimiliki, bahkan kebebasan yang dimiliki responden sangat terbatas, mengingat jawaban terhadap pertanyaan itu telah tersedia. Responden hanya tinggal memilih satu atau beberapa dari alternative jawaban yang ada.
Pertanyaan terbuka cocok digunakan jika peneliti bermaksud untuk memperoleh informasi sebanyak – banyaknya mengenai objek yang diteliti tanpa struktur yang jelas.
Hal kedua yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kuesioner ialah tentang tata urutan pertanyaan yang terdapat didalamnya. Pertanyaan – pertanyaan tersebut hendaknya tidak disusun secara random, melainkan mengikuti suatu pola tertentu. Adapun pola yang dimaksud dalam hal ini adalah dari pertanyaan yang mudah menuju ke pertanyaan yang sukar, dari pertanyaan yag sederhana ke pertanyaan yang kompleks, dari pertanyaan yang bersifat umum menuju ke pertanyaan yang bersifat khusus.
Penggunaan kuesioner
Dalam penggunaan kuesioner ada langkah – langkah yang harus diambil atau yang perlu dilakukan yaitu adalah mengadakan diskusi dengan orang lain yang dianggap tahu dan mampu, misalnya sarjana lain atau pejabat, untuk memberikan kritik yang sehat dan saran – saran perbaikan terhadap kuesioner yang telah disusun. Cara lain yang juga dapat ditempuh ialah melakukan usaha menguji cobakan kuesioner yang telah disusun kepada subjek yang memiliki karakteristik yang identik dengan subjek penelitian yang sebenarnya. Suasan yang meliputi wawancara berkuesioner harus bersifat bebas, tanpa ada perasaan khawatir, curiga atau takut sama sekali,. Ini perlu diingat terutama jika berhadapan dengan masyarakat desa, karena masih banyak diantara mereka yang merasa tidak tentram kalau jawabannya yang diberikannya langsung dicatat diatas kertas oleh peneliti.

PENYUSUNAAN PEDOMAN PENGAMATAN
       Pedoman pengamatan (observasi) diperlukan terutama jika peneliti menerapkan pengamatan terfokus dalam proses pengumpulan data. Dalam pengamatan terfokus, peneliti memusatkan perhatiannya hanya pada beberapa aspek prilaku atau fenomena yang menjadi objek sasarannya. Misalkan seorang dosen mengadakan penelitian untuk mendskripsikan kemampuan mengajar para guru SMP di kabupaten Malang. Untuk keperluan ini ia menggunakan alat penilaian kemampuan guru (APKG) sebagai pedoman pengamatan. APKG ini telah menjabarkan secara operasional aspek prilaku yang harus diamati. Untuk kemampuan membuka pelajaran, misalnya aspek prilaku yang diamati adalah sebagai berikut ( Turney, 1973; Abimanyu, 1983).
Kemampuan menarik perhatian, dengan deskriptor:
-Gaya mengajar yang bervariasi
-Menggunakan alat bantu (media) mengajar
-Pola interaksi yang bervariasi
Kemampuan menumbuhkan motivasi belajar, dengan deskriptor:
-Bersikaf “hangat” dan antusias
-Menimbulkan rasa ingin tahu
-Mengemukakan ide yang bertentangan
Memperhatikan minat siswa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.       Kesimpulan

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Data yang terkumpul dengan menggunakan instrumen tertentu akan dideskripsikan dan dilampirkan atau digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam suatu penelitian.
Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen yang dibuat sendiri. Instrumen yang telah tersedia pada umumnya adalah instrumen yang sudah dianggap baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel tertentu.
Instrument penelitian memiliki kualitas yang baik bila memenuhi tiga dari criteria pokok instrument yaitu adalah: validitas, reliabilitas, dan praktikabilitas.
Validitas adalah sejauh mana suatu instrumen melakukan fungsinya atau mengukur apa yang seharusnya diukur. Artinya sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen dalam melakukan fungsinya.
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana instrumen dapat dipercaya. Makin cocok dengan sekor sesungguhnya makin tinggi reliabilitasnya. Reliabilitas juga merupakan derajat kepercayaan dimana skor penyimpangan individu relatif konsisten terhadap tes sama yang diulangi.
Saran

           Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak  kekurangan dan kelemahan serta jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini,atas kkritik dan saran saya ucapkan terimakasih.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Dasar – dasar Metodologi Penelitian, JL. Surabaya 6 Malang: lembaga penelitian IKIP MALANG, 1997.
WWW.google.com, Pengembangan Instrument Penelitian.
Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching dengan Penilaian Portofolio untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dalam Pokok Bahasan Persegi Panjang dan Persegi pada Siswa Kelas VII A MTs Negeri Batu Tahun Ajaran 2009/2010, Sofyan Abu Najib, UNISMA: Skripsi 2010.

 

 

 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MAKALAH METODE PENELITIAN DAN STATISTIK DASAR"

Posting Komentar

Silahkan Masukan Pendapat dan Saran Teman-teman Di bawah ini.