LAPORAN SEMESTER PRAKTIKUM
PRODUKSI TERNAK
PERAH
OLEH:
M.UTAMA
MANDALA PUTRA
E10017015
A.2
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2019
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya
ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunian-Nyalah saya
dapat menyelesaikan laporan semester praktikum produksiternakperah ini tepat pada
waktunya.Laporan semester ini diharapkan dapat menjadi pedoman kita bersama
dalam mata kuliah dasar produksiternakperah yang didasarkan pada
praktikum yang telah dilaksanakan supaya menjadi titik acuan kita bersama dalam
study ternakperah. Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
konstruktif sangat penulis
harapkan dalam memperbaiki laporan ini dikesempatan yang akan datang.Dalam hal ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada Asisten Dosen yang telah membantu kami dalam pelaksanaan
praktikum,dan tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang
telah membantu dalam penulisan laporansemester ini.
Jambi,
Mei 2019
M.Utama
Mandala Putra
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................ ..... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang......................................................................... 1
1.2. Tujuan....................................................................................... 2
1.3. Manfaat.................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 4
2.1. Pemeriksaan Kesegaran Air Susu............................................. 4
2.2. Pemeriksaan Komposisi Air Susu............................................. 5
2.3. Pemeriksaan Pemalsuan Air Susu............................................. 6
BAB III MATERI DAN METODA............................................................ 8
3.1. Tempat dan Waktu................................................................... 8
3.2. Materi....................................................................................... 8
3.3. Metode..................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 13
............. 4.1.
Pemeriksaan Kesegaran Air Susu............................................. 13
............. 4.1.1. Uji Organioleptik............................................................ 13
............. 4.1.2. Kebersihan Susu............................................................. 14
............. 4.1.3. Pengikuran PH................................................................ 15
............. 4.1.4. Uji Alkohol..................................................................... 15
............. 4.1.5. Uji Masak....................................................................... 16
............. 4.1.6. Uji Reduktase Biru Metilen............................................ 17
............. 4.2.
Pemeriksaan Komposisi Air Susu............................................. 17
............. 4.2.1. Pengukuran BJ................................................................ 17
............. 4.2.2. Pengukuran BK.............................................................. 18
............. 4.2.3. Pengukuran Kadar Protein............................................. 18
............. 4.2.4. Diagnosa Mastitis........................................................... 19
............. 4.2.5. Mikrobiologi Susu.......................................................... 20
............. 4.3.
Pemeriksaan Pemalsuan Air Susu............................................. 20
............. 4.3.1. Pembuktian Penambahan Pati........................................ 20
............. 4.3.2. Pembuktian Penambahan Santan.................................... 21
............. 4.3.3. Penambahan Formalin.................................................... 21
BAB IV KESIMPULAN.............................................................................. 23
............. 5.1.
Kesimpulan............................................................................... 23
............. 5.2.
Saran......................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 24
LAMPIRAN.................................................................................................. 26
DAFTAR TABEL
Halaman
1.Uji organoleptik.......................................................................................... 13
2.Uji kebersihan............................................................................................. 14
3.Pengukuran PH........................................................................................... 15
4. Uji Alkohol................................................................................................ 16
5. Uji masak................................................................................................... 16
6. Uji Reduktase............................................................................................ 17
7. Pengukuran BJ........................................................................................... 18
8. Pengukran BK........................................................................................... 18
9. Pengukuran PK.......................................................................................... 19
10. Diagnosa Mastitis.................................................................................... 19
11. Pembuktian penambahan pati.................................................................. 20
12. Penambahan formalin.............................................................................. 21
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ternak perah adalah ternak yang secara genetic mampu
menghasilkan susu nelebihi kebutuhan anaknya, misalnya sapi, kambing, kerbau
dan lain-lain. Ternak perah mempunyai ciri-ciri khusus yang berhubungan
langsung dengan produksi susu. Sapi adalah produsen utama air susudunia
yang mampu memproduksi 91% dari produksi susu dunia. Air susu merupakan bahan
makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena mengandung zat-zat yang
diperlukan oleh tubuh manusia. Air susu merupakan air susu sapi yang tidak
dikurangi ataupun tidak ditambahkan sesuatu apapun yang diperoleh dari hasil
pemerahan. Kesegaran susu adalah uji sensorik/uji organoleptik, Uji
kebersihan dengan metode Saring, uji alkohol, dan uji didih/masak serta uji reduktase
dengan biru metilen.Mikrobiologi adalah ilmu
pengetahuan tentang perikehidupan makhluk-makhluk kecil yang hanya kelihatan
dengan mikroskop makhluk-makhluk kecil itu disebut dengan mikroorganisme,
mikroba, protista atau jasad renik.Peran mikroorganisme didalam kehidupan
ternak dan manusia ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan.Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu nutrient, tersedianya
air, pengaruh suhu, pengaruh konsentrasi ion Hidrogen (pH), dan pengaruh
oksigen.
Pemalsuan pada susu yang sangat mudah dijumpai
adalah dengan menambahkan susu dengan air. Hal ini akan menambah volum
dari susu tersebut dan susu akan dihargai dengan sedikit lebih mahal. Selain
penambahan air, peningkatan volum susu juga dapat dilakukan dengan
penambahan air tajin, susu kaleng, santan , bahkan soda kue. Pemalsuan dengan
menggunakan susu kaleng emmiliki kelebihan diantaranya bau yang harum susu
serta warna yang relatif tidak jauh berbeda dengan susu asli. Selain untuk
menambahkan volum, pemalsuan juga digunakan untuk mempertahankan sifat susu.
Pemalsuan seperti ini dilakukan dengan penambahan larutan formalin ke dalam
susu. Santan seringkali memberikan beberapa masalah khusus bagi para ahli
teknologi pangan, karena santan tidak dapat disterilisasikan dengan pemanasan
sebagaimana dilakukan terhadap produk lain. Hal ini disebabkan santan mengalami
koagulasi (penggumpalan) jika dipanaskan di atas suhu 80°C, dan aroma (flavor)
kelapa yang harum sebagian besar akan hilang. Oleh karena itu, untuk pengawetan
jangka panjang santan perlu distabilkan dengan penambahan emulsifier dan
stabilizer yang sesuai diikuti dengan homogenisasi untuk mereduksi ukuran
globula lemak.Susu merupakan media pertumbuhan yang sangat baik bagi bakteri
dan dapat menjadi sarana potensial bagi penyebaran bakteri pathogen yang mudah
tercemar kapan dan dimana saja sepanjang penangannya tidak memperhatikan
kebersihan.
1.2.Tujuan
Tujuan
praktikum produksi ternak perah adalah bahwa mahasiswa lebih mengerti dan
memahami tentang tekstur ataupun keamanan susu yang layak konsumsi dengan
berbagai cara seperti mengetahui warna, bau, rasa dan konsistensi dengan
menggunakan panca indra; untuk melihat kotoran yang terdapat didalam susu yang
tidak terlihat oleh mata, untuk mengetahui ph susu, untuk mengetahui uji
daripada reduktase dengan metilen.Mampu
menjelaskan dan mengetahui bagaimana cara pengukuran zat makanan yang
terkandung pada susu, untuk mengetahui jumlah pertumbuhan mikroba pada susu
yang sudah dicampur dengan beberapa pelarut, dengan menggunakan metode tuang,
metode sebar, dan metode gores yang dilihat dibawah mikroskop, dan mengetahui
qualitas dari pada susu, serta diharapkan agar praktikan mengetahui susu yang
baik atau yang bagus dan yang layak untuk dikonsumsi bagi masyarakat. Mampu
menjelaskanbagaimana cara memeriksa kualitas susu dan mengetahui
kemurnian susu yang baik serta memahami apa yang yang terjadi apabila susu
tersebut mengalami pemalsuan seperti penambahan air pada susu, penambahan
santan pada susu, penambahan pati pada susu, penambahan susu masak dan
penambahan formalin pada susu serta mengetahui bagaimana cara kerja dari
percobaan yang dilakukan dan mengetahui hasil akhirnya.
1.3. Manfaat
Manfaat dari praktikum
pemeriksaan kesegaran air susu yaitu praktikan dapat mengetahui kualitas susu
dengan berbagai cara seperti mengetahui warna, bau, rasa dan konsistensi dengan
menggunakan panca indra, praktikan mengetahui dan dapat melihat kotoran yang
terdapat didalam susu yang tidak terlihat oleh mata, mengetahui ph susu, serta
praktikan mengetahui kualitas susu tersebut baik atau tidak dengan menggunakan
metode uji alkohol, uji didih, dan uji reduktase dengan biru metilen.Manfaat
dari praktikum pemeriksaan komposisi air susu adalah praktikan mengetahui dan
memahami cara menghitung komposisi susu dengan pengukuran berat jenis,
pengukuran kadar bahan kering, pengukuran kadar protein, dan mengetahui cara
menghitung mikroba yang terdapat pada susu secara tidak langsung. Manfaat dari
praktikum pemeriksaan pemalsuan air susu adalah praktikan mengetahui bagaimana
cara memeriksa kualitas susu yang baik, dapat mengetahui ciri-ciri susu yang
murni 100% tanpa bahan tambahan.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pemeriksaan Kesegaran Air Susu
Pada pengujian
alkohol 70% semua sampel yang di uji dinyatakan lolos uji alkohol dengan
indikator tidak terjadi penggumpalan dan pecah pada sampel susu yang di uji(Errythrina Vinifera, 2016) .
Rasa asli susu
hampir tidak dapat diterangkan, tetapi yang jelas menyenangkan dan agak manis.
Rasa manis ini berasal dari laktosa sedangkan rasa asin berasal dari klorida,
sitrat dan garam-garam mineral lainnya (Kinanti Balqis Maharani, 2017) .
Warna
kebiruan kemungkinan diakibatkan berkembangnya bakteri Bacillus cyanogenesatau kemungkinan susu ditambahi air.
Warna kemerahan sering disebabkan adanya butir eritrosit atau hemoglobin akibat
ternak yang diperah mengalami sakit, khususnya mastitis(Errythrina Vinifera, 2016) .
Pengujian
organoleptik merupakan salah satu cara mendasar dan pertama kali dilakukan
untuk mengetahui kualitas dari bahan tersebut. Pengujian organoleptik merupakan
pengujian yang subyektif, akan tetapi pengujian ini memiliki peran yang
penting. Pengujian ini terdiri dari rasa, aroma dan warna.Rasa dan aroma dapat
bersinergi membentuk citarasa. Citarasa susu sapi dipengaruhi beberapa faktor(Soyi, 2017) .
Warna
pada susu murni yang belum ditambahkan oleh air cenderung berwana putih
kekuningan sedangkan warna pada susu murni yang telah ditambah air berwarna
putih dan terlalu encer. Semakin banyak takaran air yang ditambahkan pada susu
warna kebiruannya semakin terlihat. Oleh karena itu, warna dapat dijadikan
parameter untuk mengidentifikasi kemurnian susu sapi(Kinanti Balqis Maharani, 2017) .
Warna kehijauan
kemungkinan merupakan refleksi kandungan vitamin B kompleks yang relatif
tinggi. Pengujian warna susu didapatkan warna putih normal hal ini
mengindikasikan bahwa susu baik untuk dikonsumsi (Errythrina Vinifera, 2016) .
Secara kimiawi susu
yang baru diperah mempunyai reaksi amphoter, yaitu memerahkan lakmus biru dan membirukan
lakmus merah dengan pH sedikit asam yaitu sekitar 6,5 – 6,6. Bila susu segar dipanaskan pada suhu di bawah
titik didih, maka akan terbentuk lapisan tipis di atas permukaan susu yang
merupakan koagulasi sebagian kecil dari casein dan lemak. Bila susu dalam
keadaan asam, maka pada waktu pemanasan akan terjadi penggumpalan dari casein
dan albumin(ARITONANG, 2017) .
Selanjutnya
sampel susu dilakukan pengujian alkohol dan uji didih, berdasarkan hasil
pengujian sampel susu selama penelitian menunjukkan bahwa tanda negatif tidak
ada gumpalan terlihat pada dinding tabung reaksi, maka susu masih dalam keadaan
baik(Soyi, 2017) .
2.2.
Pemeriksaan Pemalsuan Air Susu
Melalui pengujian mutu susu akan
dapat dihindarkan usaha-usaha pemalsuan, yang mengakibatkan mutu susu tidak
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pengujian Mutu Susu adalah untuk
menghindari usaha-usaha pemalsuan susu, yang mengakibatkan mutu susu tidak
sesuai dengan codex susu (Milk Codex)(Satuki, 2015) .
Susu yang murni
tidak ditambahkan air memiliki kecenderungan bentuk tetesan yang pendek
dibanding susu sapi murni yang sudah ditambahkan air(Kinanti Balqis Maharani, 2017) .
Pencemaran susu
sapi oleh bakteri dapat terjadi dari luar lingkungan dan dalam ternak itu
sendiri. Bakteri yang berada di luar tubuh sapi dapat masuk melalui teat meatus
yang masih terbuka sesaat setelah pemerahan, sehingga bakteri mudah masuk ke
dalam ambing dan mencemari susu(Ridha Pramesthi, 2015) .
Beberapa
indikator terkait pemalsuan susu yang harus diperhatikan diantaranya yaitu :Susu
dengan BJ yang rendah harus diawasi misalnya lebih rendah dari 1,0280, walaupun
tidak semuanya dipalsukan dengan penambahan air(Soyi, 2017) .
Jenis
– jenis penyimpangan mutu susu dapat terjadi pada : - susunan susu yaitu apabila susu dicampur
dengan bahan-bahan yang kurang nilainya atau bahan yang tidak bernilai
(misalnya : air, air beras, santan dan lain-lain) - penyimpangan keadaan susu
yaitu suatu keadaan yang dapat terjadi apabila susu kotor, berbau busuk atau
susu berbau obat-obatan(Satuki, 2015) .
Pemalsuan dengan
air dapat dibuktikan selanjutnya, bila titik beku atau angka refraksi susu
diperiksa. Susu di Indonesia mempunyai titik beku normal diantara 0°C dan –
0,520°C, sedangkan angka refraksi minimal harus 34 (Milk Codex).(Satuki, 2015) ,
2.3.
Pemeriksaan Komposisi Air Susu
Kandungan
protein susu dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah jenis pakan
yang digunakan.Kadar protein susu juga sangat dipengaruhi oleh masa laktasi
yakni semakin lama waktu laktasi maka kandungan protein susu cenderung menurun(Bagus Oka, 2017) .
Mastitis adalah
penyakit radang ambing yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme,
terutama bakteri. Mastitis dapat mengakibatkankerusakan pada kelenjar ambing,
sehingga terjadi penurunan kualitas dan kuantitas susu. Susu juga akan
mengalami perubahan fisik menjadi sedikit lebih cair dibanding susu normal
sehingga berat jenis susu akan turun(FEBRIANA, 2012) .
Mastitis dapat
menurunkan kadar protein dan lemak susu, sehingga disarankan kepada petani
ternak sapi perah untuk menjaga kondisi lingkungan ternak perah, agar tidak mudah
terinfeksi penyakit mastitis(Suryowardojo, 2012) .
Proses
penanganan susu sangat rentan sekali dengan kontaminasi sehingga jumlah bakteri
dalam susu meningkat, oleh karena itu dalam penanganan susu perlu meningkatkan
kebersihan sarana produksi, ternak dan
lingkungan. Begitu pula dalam strategi menghambat pertumbuhan bakteri untuk
segera dilakukan proses pendinginan pada susu untuk memberikan ruang waktu
sempit bakteri untuk tumbuh(R. J. Yudonegoro, 2014) .
Menurut Feryalin
Navyanti (2015), menyatakan bila ditemukan adanya Escherechia coli pada susu
sapi segar dapat mengakibatkan adanya kerusakan pada susu yang tidak
diinginkan. Escherecia coli merupakan bakteri yang termasuk family
Enterobacteriaceae yang merupakan penghuni normal saluran pencernaan hewan
berdarah panas seperti halnya ternak dan manusia. Tidak ditemukannya bakteri
Escherecia coli dapat dijadikan sebagai indicator bahwa proses penanganan yang
sudah higienis.
Pemeriksaan
kesegaran susu perlu dilakukan sebagai langkah awal pemeriksaan dugaan
pemalsuan susu segar(FEBRIANA, 2012) .
Kualitas susu
meliputi berat jenis, kandungan lemak dan grade. Semakin banyak jumlah
konsentrat yang diberikan akan meningkatkanberat jenis susu dan menurunkan
lemak susu. Semakin tinggi tingkat mastitis subklinis akan meningkatkan lemak
susu(Kartika Budi Utami, 2014) .
BAB III
MATERI
DAN METODA
3.1. Tempat dan Waktu
Kegiatan
praktikum ini dilaksanakan setiap hari Rabu mulai Tanggal 13 Oktober sampai 25
November 2016, pada pukul 15.00 WIB s/d selesai di Laboratorium Gedung C
Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
3.2. Materi
Alat
yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan kesegaran air susu adalah tabung
reaksi, penjepit tabung reaksi, pipet 10 ml, pembakar bunsen, kertas saring
(diameter 25 cm), corong, gelas penampung atau beker glass, pH meter atau
kertas lakmus, tabung reduktase, pipet 1 ml dan 25 ml, dan penangas air. Bahan
yang digunakan pada praktikum pemeriksaan kesegaran air susu adalah air susu,
alkohol 68%, 70%, 75%, dan 96%, dan larutan biru metilen.
Alat yang digunakan
dalam praktikum pemeriksaan komposisi air susu adalah laktodensimeter,
thermometer, gelas ukur 100 ml dan 250 ml, labu Erlenmeyer 250 ml dan 500 ml,
penangas air, timbangan analitik skala 0.1 mg, lemari pengering (oven) temperature
102oC, eksikator, cawan gelas berpenutup diameter 5 cm, pipet 1 ml dan 25 ml,
gelas beker 250 ml, cawan petri, incubator, tabung reaksi, pipet steril, buret,
dan paddle test. Bahan yang digunakan pada praktikum pemeriksaan komposisi air
susu adalah susu sapi, larutan NaOH 0.1 N, kalium oksalat (K2C2O7H2O), formalis
35%, phenolpthalin (PP) 2%, cobalt sulfat (CoSO4.7H2O), aquades, media PCA,
pelarut (phosphate buffer, peptone water 0,1%) dan reagen CMT.
Alat
yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan pemalsuan air susu adalah mikroskop,
gelas objek, tabung reaksi, corong, kertas saring, busen, pipet 1 ml dan 10 ml.
Bahan yang digunakan pada praktikum pemeriksaan pemalsuan air susu adalah air
susu, santan, larutan asam asetat, dan larutan lugol.
3.3. Metoda
Metoda
yang digunakan pada praktikum kesegaran air susu adalah Cara kerja pada
praktikum uji organoleptik tentang uji warna yaitu masukkan 5-10 ml sampel susu
ke dalam tabung reaksi, amatilah warna susu tersebut.Cara kerja pada praktikum
uji bau yaitu sampel susu diambil dengan alat pengambil sampel dan dimasukkan
ke dalam botol ukuran 100 ml dan diisi ¼ - penuh. Tutup botol tersebut dengan
sumbat yang tidak berbau, simpan dalam suhu rendah.Sebelum diuji, masukkan
botol tersebut dalam penangas air (35-40oC) sampai hangat.Sambil mengangkat
tutup botol, uji bau dapat dilakukan. Bedakan bau susu sebelum dipanaskan
dengan susu yang sudah dipanaskan.Cara kerja pada praktikum uji kekentalan
yaitu dilakukan dengan memasukkan susu ke dalam tabung reaksi, kemudian
memiringkan tabung reaksi, kemudian ditegakkan kembali. Perhatikan air susu
yang membasahi dinding tabung.Cara kerja pada praktikum uji rasa yaitu dengan
cara meneteskan air susu ke telapak tangan dan dicicipi. Bila agak manis
berarti susu tersebut normal (baik), bila pahit berarti sudah terjadi
pembentukkan peptone, bila rasa sabun berarti terkena mastitis, bila rasa lobak
berarti terkena kuman coli, bila rasa pahit dan asin berarti kolostrum.Cara
kerja pada uji kebersihan dengan metode saring yaitu homogenkan 500 ml sampel
susu, tuangkan sampel susu secara perlahan-lahan melalui dinding corong. Pada
mulut corong telah terpasang kertas saring.Susu ditampung dalam beker glass.
Setelah kertas saring dilepaskan, amati kotoran yang tertinggal di kertas saring
tersebut. Untuk lebih jelas, masukkan kertas saring dalam incubator atau lemari
pengering agar kering.Periksalah kotoran yang tampak pada kertas saring dan
nilailah banyaknya kotoran dan jenis kotoran yang tampak.Penilaian dapat berupa
bersih, cukup bersih, sedikit kotor, dan kotor sekali.Cara kerja pada praktikum
pengukuran pH dengan pH meter yaitu dengan cara meletakkan pH meter di dalam
susu dan catat hasilnya.Cara kerja pada praktikum uji alkohol yaitu masukkan 3
ml air susu kedalam 4 tabung reaksi. Tambahkan 3 ml alkohol 68% pada tabung I,
3 ml alkohol 70% pada tabung II, tambahkan 3 ml alkohol 75% pada tabung III,
tambahkan 3 ml alkohol 96% pada tabung IV. Masing-masing tabung dikocok dan
diamati. Bila susu pecah (ditandai dengan endapan halus pada dinding tabung)
maka sampel susu tersebut asam dan hasil uji positif. Bila susu tidak pecah dan
tetap homogeny, hasil uji dinyatakan negative dan susu normal (baik).Cara kerja
pada praktikum uji didih/uji masak yaitu masukkan 5 ml air susu ke dalam tabung
reaksi dan panaskan sampai mendidih. Penilaian, bila terdapat butir-butiran dan
susu tidak homogeny berarti susu pecah (rusak) dan hasil uji positif. Bila susu tetap homogeny berarti susu masih
baik (normal) dan hasil uji negatif.Cara kerja pada praktikum uji reduktase
dengan biru metilen yaitu masukkan 1 ml larutan biru metilen ke dalam tabung
reduktase, tambahkan sampel susu sampai batas lingkaran. Tutup tabung tersebut
dengan sumbat, lalu campurkan sehingga warna biru merata.Caranya dengan membolak-balik
tabung (kira-kira 3 kali). Masukkan tabung ke dalam penangas air (37±1o C)
selama 4-4,5 jam. Penangas air diletakkan di tempat yang terlindungi cahaya.
Bila menggunakan incubator, masukkan dahulu tabung ke dalam penangas air selama
5 menit untuk menghangatkan, kemudian dimasukkan ke dalam incubator. Apabila
akan membaca hasil, maka warna sudah berubah menjadi putih. Sebaiknya reaksi
ditunggu sampai seluruh warna biru hilang.
Metoda yang digunakan
pada uji komposisi air susu adalah pada praktikum pengukuran berat jenis adalah
pertama sampel susu dihomogenkan dengan cara memindahkan dari satu erlemeyer ke
erlemeyer yang lain berulang-ulang. Secara hati-hati sampel susu dituangkan ke
dalam gelas ukur melalui dindingnya agar tidak terbentuk buih. Laktodensimeter
dicelupkan ke dalam sampel susu secara perlahan-lahan, biarkan timbul dan
tunggu sampai latodensimeter berhenti bergerak (± 1 menit). Baca skala yang
tertera. Setelah pembacaan selesai, catat suhu tera laktodensimeter dan ukur suhu
sampel susu dengan thermometer. Ulangi prosedur tersebut sebanyak 2-3
kali.Angka yang diperoleh dirata-ratakan.Skala yang dibaca pada laktodensimeter
menunjukkan decimal 2 dan 3.Decimal ke-4 dikira-kirakan. Suhu sampel susu harus
di antara 20-30oC, kemudian disesuaikan dengan suhu 27.5oC. Setiap kenaikan
atau penurunan suhu susu 1oC, dilakukan penyesuaian koefisien muai air susu
sebesar 0.0002. Berat jenis susu diperoleh dengan menggunakan persamaan.Cara
kerja pada pengukuran kadar bahan kering adalah keringkan cawan dan tutupnya
dalam oven (102oC) selama 10 menit. Setelah itu, masukkan cawan ke dalam
eksikator sampai suhunya sama dengan suhu kamar. Timbang cawan beserta tutupnya
(G1). Masukkan 3 ml sampel susu ke dalam cawan. Timbang kembali cawan yang berisi
sampel beserta tutupnya (G2).Masukkan cawan ke dalam oven (102 ± 2oC) dan
letakkan tutup cawan di samping cawan.Biarkan selama 1 jam, setelah itu
keluarkan dari oven dan masukkan cawan yang telah ditutup kembali ke dalam
eksikator (cawan harus ditutup selama berada di dalam eksikator).Setelah cawan
dingin (mencapai suhu kamar), timbanglah cawan beserta tutupnya (G3.1).Masukkan
kembali cawan ke dalam oven, keringkan selama 1 jam.Setelah itu masukkan
kembali ke dalam eksikator sampai dingin (suhu kamar).Timbang kembali cawan
tersebut (G3.2). Lakukan prosedur tersebut sampai tercapai berat konstan (G3.1
= G3.2) atau selisih hasil pengukuran sebelum dan sesudahnya tidak melebihi 0.5
mg. Selisih berat cawan dengan cawan kosong adalah berat bahan kering sampel.Cara
kerja pada praktikum penentuan kadar protein cara titrasi formol adalah
masukkan 10 ml susu ke dalam Erlenmeyer 125 ml dan tambahkan 20 ml aquades
serta 0.4 ml larutan K-oksalat jenuh (K-oksalat:air = 1:3, perhatian: K-oksalat
beracun) dan 3 tetes phenolpthalin. Diamkan 2 menit.Titrasilah larutan contoh
dengan 0.1 N NaOH sampai mencapai warna standar atau sampai warna merah jambu.
Setelah warna tercapai, tambahkan 2 ml larutan formaldehid 40% dan titrasilah
kembali dengan larutan NaOH sampai warna standar tercapai lagi. Catatlah
titrasi kedua. Buatlah titrasi blangko yang terdiri dari : 20 ml aquades + 0.4
ml larutan K-oksalat jenuh + 1 ml indicator phenolpthalin + 2 ml larutan
formaldehid dan titrasilah dengan larutan NaOH. Titrasi terkoreksi yaitu titrasi
kedua dikurangi titrasi blangko merupakan titrasi formal. Untuk susu digunakan
factor 1.83.Cara kerja pada praktikum diagnosa mastitis yaitu 2 cc air susu
ditambahkan 3 ml reagen CMT di paddle tes, kemudian diaduk secara memutar,
amati reaksi yang terjadi.
Metoda yang dilakukan
pada praktikum uji pemalsuan air susu adalah pada praktikum penambahan santan
secara mikroskopik yaitu bersihkan objek glass, teteskan 1 tetes susu dan tutup
dengan gelas penutup (cover glass), hindari terbentuknya gelembung udara. Lihat
di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10 x dan 45 x. Tampak di bawah
mikroskop butir-butir lemak susu homogen, sedangkan butir-butir lemak nabati
lebih besar dari butir lemak susu.Cara kerja pada pratikum pembuktian
penambahan pati yaitu masukkan 10 ml sampel susu ke dalam tabung reaksi,
tambahkan 0,5 ml asam asetat. Panaskan tabung dan kemudian sampel susu
disaring. Ke dalam filtrate teteskan 4 tetes lugol. Apabila positif mengandung
pati, maka warna filtrate menjadi biru.Bila berwarna kuning artinya
negative.Apabila berwarna hijau, reaksi diragukan.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pemeriksaan
Kesegaran Air Susu
4.1.1. Uji Organoleptik
Pada uji
organoleptic ini parameter yang diamati yaitu uji warna, bau, kekentalan, dan
rasa pada rusu yang dijadikan sampel. Hal ini sesuai dengan literatur dari Soyi
(2017) bahwa pengujian organoleptik merupakan salah satu cara mendasar dan
pertama kali dilakukan untuk mengetahui kualitas dari bahan tersebut. Pengujian
organoleptik merupakan pengujian yang subyektif, akan tetapi pengujian ini
memiliki peran yang penting. Pengujian ini terdiri dari rasa, aroma dan
warna.Rasa dan aroma dapat bersinergi membentuk citarasa. Hasil uji organoleptic
dari kelompok 1-5 yaitu sebagai berikut :
Tabel
1. Uji organoleptik
Kelompok
|
Warna
|
Bau
|
Kekentalan
|
Uji Rasa
|
1
|
Putih Susu (Normal)
|
Bau susu (Normal)
|
Normal
|
Agak manis
|
2
|
Putih Susu (Normal)
|
Bau susu (Normal)
|
Normal
|
Agak manis
|
3
|
Putih Susu (Normal)
|
Bau susu (Normal)
|
Normal
|
Agak manis
|
4
|
Putih Susu (Normal)
|
Bau susu (Normal)
|
Normal
|
Agak manis
|
5
|
Putih Susu (Normal)
|
Bau susu (Normal)
|
Normal
|
Agak manis
|
Berdasarkan
hasil pada Tabel 1, dapat diketahui bahwasanya dari setiap pengamatan kelompok
1-5 yaitu hasilnya sama dalam kategori warna susu, bau susu, kekentalan susu,
dan uji rasa susu terbilang normal, tanpa adanya pemalsuan atau susu rusak.
Semua uji tersebut sesuai dengan standarisasi air susu segar. Hasil ini sesuai dengan pendapat dari Kinanti
Balqis M (2017), yang menyatakan bahwa warna pada susu murni yang belum
ditambahkan oleh air cenderung berwana putih kekuningan sedangkan warna pada
susu murni yang telah ditambah air berwarna putih dan terlalu encer. Semakin
banyak takaran air yang ditambahkan pada susu warna kebiruannya semakin
terlihat. Oleh karena itu, warna dapat dijadikan parameter untuk
mengidentifikasi kemurnian susu sapi. Didukung oleh Errythrina V (2016), warna
kehijauan kemungkinan merupakan refleksi kandungan vitamin B kompleks yang
relatif tinggi. Pengujian warna susu didapatkan warna putih normal hal ini
mengindikasikan bahwa susu baik untuk dikonsumsi.
4.1.2. Uji Kebersihan dengan Metode
Saring
Uji
kebersihan pada air susu bertujuan agar
susu yang dikonsumsi tidak tercemar oleh benda-enda asing maupun bakteri yang
dapat berkembang didalam air susu. . Nilai gizinya yang tinggi menyebabkan susu
menjadi media yang sangat cocok bagi mikroorganisme untuk pertumbuhan dan
perkembangannya sehingga dalam waktu yang sangat singkat susu menjadi tidak
layak dikonsumsi. Dibawah ini adalah hasil pengamatan kebersihan susu :
Tabel
2. Uji Kebersihan dengan Metode Saring
Kelompok
|
Uji
Kebersihan
|
1
|
Sedikit
Kotor
|
2
|
Sedikit
Kotor
|
3
|
Sedikit
Kotor
|
4
|
Sedikit
Kotor
|
5
|
Sedikit
Kotor
|
Pada
uji kebersihan dengan metode saring didapat hasil pada Tabel 2, bahwa pada
kertas saring terlihat sedikit kotoran seperti bulu halus dan bintik hitam. Hal
ini menunjukkan bahwa susu tersebut cukup bersih.Pemeriksaan kesegaran susu
perlu dilakukan sebagai langkah awal pemeriksaan dugaan pemalsuan susu segar(FEBRIANA, 2012) . Proses penanganan
susu sangat rentan sekali dengan kontaminasi sehingga jumlah bakteri dalam susu
meningkat, oleh karena itu dalam penanganan susu perlu meningkatkan
kebersihan sarana produksi, ternak dan
lingkungan. Begitu pula dalam strategi menghambat pertumbuhan bakteri untuk
segera dilakukan proses pendinginan pada susu untuk memberikan ruang waktu
sempit bakteri untuk tumbuh(R. J. Yudonegoro, 2014) .
4.1.3. Pengukuran PH
Air Susu
Beda
PH dengan derajat asam adalah keasaman ditentukan dengan jumlah basa yang
digunakan untuk menetralisir asam didalam air susu dengan menggunakan
phenolphtalin sebagai indicator, sedangkan ph menunjukkan keasaman susu dengan
menggunakan PH meter atau kertas lakmus. PH susu segar adalah 6,5-6,75. Dibawah
ini adalah hasil pengukuran PH susu :
Tabel
3. Pengukuran dengan PH meter
Kelompok
|
Uji
PH
|
1
|
5.6
|
2
|
6
|
3
|
6
|
4
|
6
|
5
|
6
|
Dilihat dari hasil pada
Tabel 3, bahwasanya ph dari masing-masing pengamatan kelompok berkisar antara
5-6. Sedikit berbeda dengan standar dari PH susu yaitu 6,5-6,75. Secara kimiawi
susu yang baru diperah mempunyai reaksi amphoter, yaitu memerahkan lakmus biru
dan membirukan lakmus merah dengan pH sedikit asam yaitu sekitar 6,5 –
6,6. Bila susu segar dipanaskan pada
suhu di bawah titik didih, maka akan terbentuk lapisan tipis di atas permukaan
susu yang merupakan koagulasi sebagian kecil dari casein dan lemak. Bila susu
dalam keadaan asam, maka pada waktu pemanasan akan terjadi penggumpalan dari
casein dan albumin(ARITONANG, 2017) . Kemudian didukung oleh (Hidayatul Masruroh, 2018) nilai pH susu yakni
6,5, densitas dari susu sebesar (1,014; 1,052; 1,036) masingmasing pada suhu
50C, 250C, 300C dan viskositasnya
sebesar 1,46.
4.1.4. Uji Alkohol
Alcohol mempunyai daya dehidrasi
yang akan menarik gugusan ion H+ dari ikatan mantel air protein, sehingga
protein dapat melekat satu dengan yang alinnya. Hasil dari pengujian alcohol
yaitu :
Tabel
4. Uji Alkohol
Tabung
|
Konsentrasi
Alkohol
|
Uji
Alkohol
|
1
|
68%
|
Negatif
|
2
|
70%
|
Positif
|
3
|
75%
|
Positif
|
4
|
96%
|
Negatif
|
Hasil
yang didapat pada Tabel 4 yaitu bahwasanya nilai alcohol susu ada yang positif
dan ada yang negative. Hasil positif ditandai dengan susu yang pecah sedangkan
positif ditandai dengan susu yang tetap. Pada pengujian alkohol 70% semua sampel
yang di uji dinyatakan lolos uji alkohol dengan indikator tidak terjadi
penggumpalan dan pecah pada sampel susu yang di uji(Errythrina Vinifera, 2016) .
4.1.5. Uji Masak
Hasil yang didapatkan pada uji
masak yaitu sebagai berikut :
Tabel
5. Uji Didih/Masak
Kelompok
|
Uji
Didih/Uji Masak
|
1
|
Positif
|
2
|
Positif
|
3
|
Positif
|
4
|
Positif
|
5
|
Positif
|
Uji
masak didapatkan hasil positif semua, yang dinyatakan pada Tabel 5, pasteurisasi
merupakan proses pemanasan susu di bawah titik didih. Melalui pasteurisasi
diharapkan bakteri pembusuk dan patogen yang mungkin terdapat di dalam susu
dapat dihilangkan. Susu pasteurisasi yang disimpan pada suhu yang tepat,
mempunyai daya simpan yang lebih baik dari pada yang tidak dipasteurisasi bila
ditinjau dari derajat keasaman pH dan angka reduktase.Susu pasteurisasi bila
dimasukkan dalam suatu tempat tertutup dan disimpan dalam lemari es yang
bersuhu +4 C tidak rusak dalam waktu 7 hari.
4.1.6. Uji Reduktase dengan Biru
Metilen
Mutu
mikrobiologi air susu ditentukan oleh jumlah dan jenis mikroorganisme yang
terkandung dalam susu. Untuk melihat mikroba yang terkandung maka dilakukan uji
reduktase pereaksi methylene blue. Hasilnya yaitu sebagai berikut:
Tabel
6. Uji Reduktase dengan Biru Metilen
NO
|
Waktu
Reduktase
|
Kualitas
Susu
|
1
|
<2o
menit
|
Jelek
(Tanpa Perubahan)
|
2
|
20
menit - 2jam
|
Ada
Gumpalan Cincin
|
3
|
2 jam –
4,5 jam
|
Ada
Gumpalan Cincin
|
4
|
>4,5
jam
|
Ada
Gumpalan Cincin
|
Melihat
hasil pada Tabel 6, kualitas susu yang didapat yaitu jelek karna tanpa
perubahan, serta ada gumpalan seperti cincin. Menurut (Umar, 2014) Methylene
blue menyebabkan warna susu menjadi biru dan berangsur menjadi putih kembali.
Lamanya waktu perubahan warna dari biru menjadi putih ini sebagai dasar
penentuan perkiraan jumlah bakteri. Adanya daya reduksi susu disebabkan oleh
aktivitas enzim-enzim tertentu dalam susu dan juga aktivitas bakteri.Hal ini
disebabkan karena adanya keaktifan enzim reduktase yang dihasilkan bakteri di
dalam mereduksi methylene blue. Semakin banyak jumlah bakteri di dalam susu
maka semakin banyak enzim yang dihasilkan dan semakin cepat terjadi perubahan
warna biru menjadi putih(Umar, 2014) .
4.2. Pemeriksaan Komposisi Air Susu
4.2.1. Pengukuran BJ
Susu
Kualitas
susu meliputi berat jenis, kandungan lemak dan grade. Semakin banyak jumlah
konsentrat yang diberikan akan meningkatkanberat jenis susu dan menurunkan
lemak susu. Semakin tinggi tingkat mastitis subklinis akan meningkatkan lemak
susu(Kartika Budi Utami, 2014) . Hasil pengamatan
praktikum yaitu :
NO
|
Sampel
|
Berat
Jenis
|
1
|
Susu
Segar
|
1,024
|
2
|
Susu
+ Air
|
10,080
|
3
|
Susu
UHT
|
1,026
|
4
|
Susu
Bubuk
|
1,050
|
5
|
Pati
|
>1,040
|
Hasil
yang didapat pada sampel susu segar BJ nya yaitu 1,024. Berdasarkan Syarat Mutu
Susu Segar berdasarkan SNI 01-3141-1998 yang mengharuskan standar kadar berat
jenis minimal pada suhu 27,5 ) sehingga
dapat
ditarik kesimpulan bahwa sampel memenuhi
standar minimal berat jenis yang di tentukan SNI.
4.2.2. Pengukuran BK
Air Susu
Sejumlah sampel susu dikeringkan
pada suhu yang tetap sampai berat kering yang konstan tercapai. Berat setelah
pengeringan adalah berat kering. Hasilnya yaitu:
Tabel
8. Pengukuran Bahan Kering
Kelompok
|
G1
|
G2
|
G3
|
BK
(%)
|
1
|
29,33
|
32,18
|
30,77
|
51
|
2
|
29,65
|
32,94
|
31,64
|
60
|
3
|
29,35
|
31,91
|
30,45
|
43
|
4
|
30,97
|
33,13
|
31,77
|
37
|
5
|
31,08
|
33,45
|
32,09
|
42
|
Jadi, nilai bahan kering yang
diperoleh dari pengamatannya adalah untuk cawan 1 berbeda dengan cawan 2. Nilai
BK ini menunjukkan untuk beda pengukuran ulangnya jauh berbeda.Hal ini mungkin
dipengaruhi suhu yang sesaat yang mempengaruhi pada saat preparasi sampel.
4.2.3. Pengukuran Kadar Protein
Protein
susu merupakan kelompok molekul yang sangat heterogen, terdiri dari lima
kategori yaitu kasein, protein whey, protein globul lemak susu, enzim dan
protein minor lainnya. Protein utama adalah kasein dan protein whey.Kasein
terfraksinasi menjadi -, - dan k-kasein, sementara protein whey termasuk
laktalbumin, -laktoglobulin, bovine serum albumin (BSA) dan imunoglobulin
(Ig). Hasil yang didapat yaitu :
Tabel
9. Pengukuran Kadar Protein
Kelompok
|
Titrasi
Formol
|
Protein
Susu
|
Kasein
(%)
|
N
(%)
|
1
|
1
|
1,83
|
1,63
|
0,014
|
2
|
9,2
|
16,84
|
15
|
0,009
|
3
|
0,8
|
1,46
|
1,3
|
0,085
|
4
|
1,4
|
2,56
|
2,28
|
0,019
|
5
|
0,8
|
1,46
|
1,3
|
1,01
|
Hasil
pada Tabel 9 yaitu, protein susu berbeda-beda, hal ini bisa dikarenakan
kandungan dari bakteri didalamnya dan kasein, hal ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh
waktu penyimpanan terhadap penurunan kualitas kadar protein susu sapi segar (Putri, 2016) .
4.2.4. Diagnosa Mastitis
Mastitis
adalah penyakit radang ambing yang disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme, terutama bakteri. Mastitis dapat mengakibatkankerusakan pada
kelenjar ambing, sehingga terjadi penurunan kualitas dan kuantitas susu. Susu
juga akan mengalami perubahan fisik menjadi sedikit lebih cair dibanding susu
normal sehingga berat jenis susu akan turun(FEBRIANA, 2012) . Hasil yang didapat pada uji diagnose
mastitis yaitu:
Tabel
10. Diagnosa Mastitis
NO
|
Sampel
|
Hasil
Pengamatan
|
1
|
Susu
+ Reagen CMT
|
Hasil
Negatif
|
|
|
Bentuk
Cair
|
|
|
Tidak
Menggumpal
|
2
|
Susu
+ Detergen
|
Hasil
Negatif
|
|
|
Bentuk
Tetap
|
|
|
Tidak
Menggumpal
|
Hasil yang didapat
dengan uji CMT dan detergent yaitu sama-sama negative (Tabel 10). Mastitis
dapat menurunkan kadar protein dan lemak susu, sehingga disarankan kepada
petani ternak sapi perah untuk menjaga kondisi lingkungan ternak perah, agar
tidak mudah terinfeksi penyakit mastitis(Suryowardojo, 2012) .
4.2.5. Mikrobiologi
Susu
Susu sangat baik bagi kesehatan
karena mengandung banyak vitamin dan mineral yang sangat bermanfaat bagi tubuh.
Susu dapat dikonsumsi dalam bentuk susu segar dan juga dapat dalam bentuk
olahan. Kualitas susu segar sangat dipengaruhi faktor saat pemerahan, kebersihan
kandang, penanganan pasca pemerahan, manajemen pemerahan yang baik dapat
menjaga kualitas susu, rendahnya kualitas susu
mengindikasikan bahwa susu tersebut sudah tercemar oleh bakteri pathogen
penyebab penyakit. kualitas susu segar menurut Adriyani, (2015) yaitu Faktor
yang berpengaruh terhadap kualitas susu segar adalah adanya bakteri pathogen
(Shigella, Salmonella, Escherichia coli) maupun non pathogen (Lactobacillus
bulgaricus, Streptococcus thermophilu).
Menurut Feryalin
Navyanti (2015), menyatakan bila ditemukan adanya Escherechia coli pada susu
sapi segar dapat mengakibatkan adanya kerusakan pada susu yang tidak
diinginkan. Escherecia coli merupakan bakteri yang termasuk family
Enterobacteriaceae yang merupakan penghuni normal saluran pencernaan hewan
berdarah panas seperti halnya ternak dan manusia. Tidak ditemukannya bakteri
Escherecia coli dapat dijadikan sebagai indicator bahwa proses penanganan yang
sudah higienis.
4.3. Uji Pemalsuan Air Susu
4.3.1 Pembuktian Penambahan Pati
Tabel.11.
Penambahan Air
No
|
Sampel
|
Berat
Jenis
|
1
|
Susu
segar
|
1.024
|
2
|
Susu +
Air
|
1.008
|
3
|
Susu UHT
|
1.026
|
4
|
Susu
busuk
|
1.030
|
5
|
Pati
|
31.040
|
6
|
santan
|
1
|
Pada Pembuktian Penambahan Pati secara
Kimia ini cara kerja (metode) nya adalah sebagai berikut: terlebih dahulu
masukkan 10 ml sample susu kedalam tabung reaksi, tambahkan 0,5 ml asam asetat.
Panaskan tabung dan kemudian sample susu disaring kedalam filtrate teteskan 4
tetes lugol. Apabila positif mengandung pati, maka warna filtrate menjadi
biru.Bila berwarna kuning artinya negative.Apabila berwarna hijau reaksi
diragukan.Warna pada susu murni yang belum ditambahkan oleh
air cenderung berwana putih kekuningan sedangkan warna pada susu murni yang
telah ditambah air berwarna putih dan terlalu encer. Semakin banyak takaran air
yang ditambahkan pada susu warna kebiruannya semakin terlihat. Oleh karena itu,
warna dapat dijadikan parameter untuk mengidentifikasi kemurnian susu sapi(Kinanti Balqis Maharani, 2017) .
4.3.2.
Pembuktian Penambahan Santan Secara Mikroskopik
Pada Pembuktian Penambahan Santan secara
mikroskopik hasil yang diperoleh ialah hasilnya terbukti bahwa susu
yang tidak ditambahkan santan mempuyai ukuran lemak yang homogen, sedangkan
susu yang ditambahkan santan terlihat ukuran lemaknya yang
heterogen.Jenis – jenis penyimpangan mutu susu dapat terjadi pada
: - susunan susu yaitu apabila susu
dicampur dengan bahan-bahan yang kurang nilainya atau bahan yang tidak bernilai
(misalnya : air, air beras, santan dan lain-lain) - penyimpangan keadaan susu
yaitu suatu keadaan yang dapat terjadi apabila susu kotor, berbau busuk atau
susu berbau obat-obatan(Satuki, 2015) .
4.3.3.
Pembuktian Penambahan Formalin
Tabel 12.
Penambahan Formalin
No
|
Sampel
|
Berat
Jenis
|
1
|
Santan
|
Tidak ada
perubahan warna
|
2
|
Pati
|
Tidak ada
perubahan warna
|
3
|
Susu uht
|
Tidak ada
perubahan warna
|
4
|
Susu
murni+ 1 tetes formalin
|
Ungu
pekat
|
5
|
Susu basi
|
Tidak ada
perubahan warna
|
Dari hasil uji formalin pada Tabel 12 didapatkan bahwa
tidak ada yang berbeda hasilnya, yaitu sama-sama tidak ada perubahan.Melalui
pengujian mutu susu akan dapat dihindarkan usaha-usaha pemalsuan, yang
mengakibatkan mutu susu tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Pengujian Mutu Susu adalah untuk menghindari usaha-usaha pemalsuan susu, yang
mengakibatkan mutu susu tidak sesuai dengan codex susu (Milk Codex)(Satuki, 2015) .
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan
dari praktikum pemeriksaan kesegaran air susu adalah susu yang dijadikan sampel
pada praktikum memiliki kualitas yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari
uji organoleptik yaitu susu memiliki warna, bau, kekentalan, dan rasa yang
normal. Selain itu dari hasil pengujian alkohol, uji didih dan uji reduktase
menunjukkan bahwa susu tidak mengalami kerusakan atau terkena mastitis.
Kesimpulan pada
pemeriksaan komposisi air susu dapat diketahui dari perhitungan kadar berat
jenis, pengukuran bahan kering, dan pengukuran kadar protein.Kesimpulan dari
praktikum mikrobiologi susu adalah jumlah bakteri yang terdapat pada sampel
susu tersebut semakin banyak pada pengenceran yang semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena pengenceran yang
dilakukan untuk mengurangi kepadatan mikroba pada sampel, sehingga mikroba dapat
dengan mudah dihitung.Kesimpulan dari praktikum diagnosa mastitis yaitu susu
murni yang tidak mengandung mastitis akan menghasilkan cairan susu yang normal,
sedangkan susu yang telah rusak akibat mastitis akan terdapat endapan pada uji
CMT.
Kesimpulan dari
praktikum pemeriksaan pemalsuan air susu adalah susu yang telah dimasukkan
santan ataupun pati ke dalamnya akan menghasilkan butir-butir lemak nabati yang
lebih besar daripada butir lemak susu itu sendiri dan susu akan berwarna kuning
bila tidak terdapat pati di dalamnya.
5.2
Saran
Semoga untuk kedepannya,
dalam menjalankan praktikum produksi ternak perah ini para asisten dosen dan
praktikan saling bekerja sama dengan sebaik mungkin agar terciptanya
keharmonisan didalam praktikum, mengatur manajemen waktu yang baik. Demikian pemberitahuan
dari laporan ini, penulis berharap kepada pembaca agar dapat dijadikan pedoman
untuk melakukan kegiatan yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
ARITONANG, S. N. (2017). SUSU DAN TEKNOLOGI. In S. N.
ARITONANG, & Handoko (Ed.), SUSU DAN TEKNOLOGI (pp. 1-203). Padang:
Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPTIK).
Bagus Oka, M. W.
(2017). Karakteristik kimia susu sapi perah dikabupaten sinjai. Jurnal
Pendidikan Teknologi Pertanian, 03, 195-202.
Errythrina Vinifera, N.
S. (2016). Studi tentang kualitas air susu sapi segar yang dipasarkan dikota
kediri. Jurnal Fillia Cendekia, 01, 34-38.
FEBRIANA, W. (2012).
Komposisi, Kesegaran, dan Dugaan Pemalsuan Susu Segar Sebagai Bahan Dasar Keju
Pada Industri Pengolahan Susu (IPS). sKRIPSI, 1-30.
Feryalin Navyanti, R.
A. (2015). Higiene sanitasi, kualitas fisik dan bakteriologi susu sapi segar
perusahaaan susu X disurabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 08, 36-47.
Kartika Budi Utami, L.
E. (2014). Kajian kualitas susu sapi perah PFH (Studi kasus pada anggota
koperasi agro niaga dikecamatan jabung kabupaten malang). Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan, 24, 58-66.
Kinanti Balqis
Maharani, D. I. (2017). Identifikasi dan klasifikasi kemurnian susu sapi
berdasarkan pemrosesan sinyal video menggunakan metode discrete cosine
transform (DCT) dan support vector machine. Proceeding of Engineering, 04,
3476-3483.
R. J. Yudonegoro, N. d.
(2014). Kajian kualitas susu segar dari tingkat peternak sapi perah, tempat
pengumpulan susu dan koperasi unit desa jatinom dikabupaten klaten. Animal
Agriculture Journal, 03, 323-333.
Ridha Pramesthi, T. H.
(2015). Total bakteri dan PH susu segar sapi perah friesian holstein diunit pelaksana
teknis daerah dan pembibitan ternak unggul mulyorejo tengaran semarang. Animal
Agriculture Journa, 04, 69-74.
Satuki, I. S. (2015).
Upaya tanggung jawab produsen melalui peningkatan kualitas susu kambing etawa
dikecamatan senduro kabupaten lumajang. Jurnal Pengabdian Masyarakat Ipteks,
01, 1-16.
Soyi, N. S. (2017).
Studi kasus : pengawasan kualitas pangan hewani melalui pengujian kualitas susu
sapi yang beredar dikota yogyakarta. Jurnal Peternakan Indonesia, 19,
93-102.
Suryowardojo, P.
(2012). Penampilan kandungan protein dan kadar lemak susu sapi perah mastitis
friesian holstein. J.Exp. Life Sci, 02, 42-48.
0 Response to "LAPORAN PRAKTIKUM ( PRODUKSI TERNAK PERAH )"
Posting Komentar
Silahkan Masukan Pendapat dan Saran Teman-teman Di bawah ini.