LAPORAN SEMESTER PRAKTIKUM
NUTRISI TERNAK PERAH
OLEH:
M.UTAMA MANDALA PUTRA
E10017015
A.2
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunian-Nyalah saya dapat menyelesaikan laporan semester praktikum nutrisiternakperah ini tepat pada waktunya.Laporan semester ini diharapkan dapat menjadi pedoman kita bersama dalam mata kuliah dasar nutrisiternakperah yang didasarkan pada praktikum yang telah dilaksanakan supaya menjadi titik acuan kita bersama dalam study ternakperah. Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat penulis harapkan dalam memperbaiki laporan ini dikesempatan yang akan datang.Dalam hal ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Asisten Dosen yang telah membantu kami dalam pelaksanaan praktikum,dan tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penulisan laporansemester ini.
M.Utama Mandala Putra
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................ ..... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang......................................................................... 1
1.2. Tujuan....................................................................................... 2
1.3. Manfaat.................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 3
2.1. Lama Makan............................................................................. 3
2.2. Bolus......................................................................................... 4
2.3. Ruminasi................................................................................... 5
2.4. Periode Ruminasi...................................................................... 6
BAB III MATERI DAN METODA............................................................ 7
3.1. Tempat dan Waktu................................................................... 7
3.2. Materi....................................................................................... 7
3.3. Metode..................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 8
4.1. Lama Makan............................................................................. 8
4.2. Bolus......................................................................................... 9
4.3. Ruminasi................................................................................... 10
4.4. Periode Ruminasi...................................................................... 11
BAB IV KESIMPULAN.............................................................................. 13
5.1. Kesimpulan............................................................................... 13
5.2. Saran......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 14
LAMPIRAN.................................................................................................. 15
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Lama makan............................................................................................... 8
2.Bolus/siklus................................................................................................. 9
3.Ruminasi..................................................................................................... 10
4. Periode ruminasi........................................................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ternak sapi perah memegang peranan penting dalam penyediaan gizi bagi masyarakat. Namun memeliharaanya masih sangat minim khusunya di Provinsi Jambi ini dikarenakan suhu lingkungan termasuk tinggi, sedangkan suhu yang baik untuk penampilan produktivitas sapi (produksi susu, pertumbuhan ) atau daerah optimal yaitu 0 – 16oC. Pemerahan susu pada sapi perah memiliki prospek yang pelu diperhatikan adalah kebersihan alat, sapi dan lantai kandang. Kandang yang baik didalam pemeliharaan sapi perah memiliki kemiringan 20 C. pembersihkan kandang sapi perah harus terjadwal yaitu pada pagi hari pukul 06.30 dan pada pada sore hari pukul 15.30 sudah mulai dibersihkan, karena keterlibatan peternak, pekerja pada sapi 80%.Pengembangan sapi perah dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produktivitas sapi perah baik dari segi teknis maupun dari segi ekonomis. Produktivitas ternak sapi perah harus dipacu untuk dapat ditingkatkan, diantaranya manajemen reproduksi dan manajemen pakan. Hal tersebut dikarenakan besarnya produksi susu ditentukan oleh keberhasilan program-program reproduksi dan manajemen pakan yang balance (seimbang) baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Kandang harus dibersihkan setiap hari secara teratur terutama lantai kandang, bak pakan dan bak minum. Sapi perah yang sedang laktasi memerlukan tingkat kebersihan yang lebih baik agar air susu yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik pula. Terutama pada waktu akan mengadakan pemerahan, kandang dan peralatan harus dibersihkan terlebih dahulu sebab air susu mudah sekali menyerap bau-bauan. Oleh karena itu diperlukan air yang cukup banyak untuk penyediaan air minum, memandikan sapi, membersihkan kandang, dan peralatan persusuan.Manajemen reproduksi yang baik harus mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya adalah masa kering, service period, lama laktasi, calving interval, service per conception maupun umur beranak. Salah satu masalah yang masih menjadi kendala pada peternak Indonesia adalah masih kurang diperhatikannya service period. Umumnya peternak kita service periodnya sekitar 4 bulan, padahal standar untuk mendapatkan produksi susu yang optimal dan terjadi kontinyuitas produksi service period dipatok 2 bulan. Ini akan menjadi tugas bagi kita semua untuk dapat membenahi manajemen reproduksi pada ternak sapi perah.
1.2. Tujuan
Tujuan pratikum ini adalah untuk mengetahui banyak ruminasi lama, makan bolus, dan periode.yang berpengaruh terhadap produksi dan kualitas susu sapi perah.
1.3. Manfaat
Untuk mengetahui lama makan sapi perah dan periode laktasi terhadap produksi dan kualitas susu sapi perah dan sebagai sumbangan keilmuan beternak sapi perah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lama Makan
Perilaku makan merupakan seluruh proses ternak dalam mengonsumsi pakan guna memenuhi kebutuhan hidup pokoknya. Salah satu faktor yang mempengaruhi pola tingkah laku makan sapi perah yaitu pakan (Faresty Claudia, 2016).
Tingkah laku makan sapi salah satunya dapat dipengaruhi oleh rumen dengan pH rendah yang disebabkan oleh konsumsi konsentrat yang berlebihan tanpa diimbangi dengan konsumsi hijauan (Sodiq, 2014) .
Aktivitas makan terdiri atas: 1) aktivitas mencium hijauan yaitu awal aktivitas mencium hingga kambing mulai melakukan aktivitas lainnya, 2) aktivitas merenggut makanan yaitu awal perenggutan hijauan hingga diangkat untuk dikunyah , 3) aktivitas mengunyah makanan yaitu aktivitas yang dimulai dari hasil perenggutan hijuauan yang telah dikumpulkan di dalam mulut, hingga melakukan aktivitas menelan , 4) aktivitas menelan makanan yaitu aktivitas yang dimulai dari menelan hasil kunyahan hingga aktivitas lainnya(R. Setianah, 2004) .
Lama ternak makan dipengaruhi oleh jumlah makan yang diberikan ke masing-masing kandang ternak (Kusuma. I M. D., 2015) .
Kandungan serat kasar hijauan yang tinggi menyebabkan waktu makan ternak lebih lama serta laju degradasi dalam retikulo-rumen melambat.Selain itu, waktu makan yang singkat bisa disebabkan karena jumlah pemberian pakan yang tidak mencukupi kebutuhan bahan kering (BK) ternak dan palatabilitas dari ransumnya (Faresty Claudia, 2016).
Tingkah laku makan dan ruminasi siang hari diamati dan dicatat dari jam 06.00 sampai jam 18.00; dan tingkah laku makan dan ruminasi malam hari diamati dan dicatat dari jam 18.00 sampai jam 06.00 pagi(Sodiq, 2014) .
Ternak yang dipelihara dengan cara dikandangkan, pola pemberian pakannya diatur oleh manusia atau peternak sehingga lama waktu makan ini berhubungan dengan ketersediaan pakan dalam kandang. Semakin banyak kuantitas pakan yang diberikan maka ternak tersebut dapat mengonsumsi pakan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhannya dan semakin lama pula waktu yang diperlukan ternak untuk makan (Faresty Claudia, 2016).
2.2. Siklus atau Bolus
Aktivitas mengeluarkan bolus yaitu aktivitas yang dimulai dari dikeluarkan bolus dari rumen menuju ke mulut hingga kambing melakukan aktivitas mengunyah bolus(R. Setianah, 2004) .
Menurut Aunurohim (2013), Tingkah laku ruminasi adalah pengeluaran makanan darirumen yang dimuntahkan ke mulut (regurgitasi) yang ditandai dengan adanya bolus yang bergerak kearah atas di kerongkongan dari rumen.
Menurut R. Setianah (2004), jika aktivitas makan telah selesai, maka dilanjutkan dengan aktivitas ruminasi. Aktivitas ruminasi diawali dengan mengeluarkan bolus yang disimpan sementara dalam rumen untuk dikunyah dan ditelan kembali. Frekuensi aktivitas menelan bolus lebih banyak dilakukan dibanding aktivitas menelan makanan sebelum ruminasi, hal ini diduga karena pakan yang telah dikunyah kemudian di telan dan disimpan lama di dalam rumen.
Aktivitas mengunyah bolus, yaitu aktivitas yang dimulai dengan mengunyah bolus yang telah dikeluarkan dari rumen ke mulut hingga aktivitas menelan beberapa bolus (R. Setianah, 2004) .
Aktivitas menelan bolus yaitu aktivitas yang dimulai dari bolus yang langsung ditelan setelah dikeluarkan dari rumen ke mulut atau menelan bolus yang melalui proses pengunyahan hingga aktivitas mengeluarkan bolus kembali(R. Setianah, 2004) .
Frekuensi aktivitas menelan bolus yang lebih tinggi dari aktivitas ruminasi lainnya, diduga karena penelanan bolus yang sedikit demi sedikit yang mengakibatkan jumlah bolus yang ditelan cukup banyak(R. Setianah, 2004) .
2.3. Ruminasi
Tingginya ruminasi pada ternak mengindikasi bahwa ternak tersebut banyak mengonsumsi serat kasar yang berasal dari hijauan (kulit jagung) sehingga ternak akan cepat merasa kenyang meskipun kebutuhannya belum terpenuhi (Faresty Claudia, 2016).
Frekuensi ruminasi malam hari lebih lama dari pada siang hari, hal ini karena pada waktu siang hari ternak cenderung mengkonsumsi pakan, dan melakukan ruminasi pada malam hari (Sodiq, 2014) .
Waktu ruminasi sangat dipengaruhi oleh bentuk pakan, kandungan serat kasar dan periode laktasi (Faresty Claudia, 2016).
Lama ternak sekali ruminasi yaitu rata-rata lama ternak melakukan ruminasi dalam satu kali proses ruminasi (regurgitasi, remastikasi, dan redeglutasi), penghitungan lama ruminasi dilakukan mulai dari pertama kali bolus dimasukan kemulut sampai bolus tidak lagi keluar atau proses ruminasi telah selesai(Kusuma. I M. D., 2015) .
Perilaku makan sapi perah digambarkan sebagai lama waktu berdiri sapi ketika mencium makanan, mengambil, mengunyah, menelan dan kemudian berbaring di lantai untuk melakukan ruminasi atau regurgitasi (Faresty Claudia, 2016).
Pada waktu siang hari, ternak menggunakan waktu lebih lama untuk makan, sedangkan pada malam hari menggunakan waktu lebih lama untuk istirahat dan ruminasi (Sodiq, 2014) .
Ruminasi merupakan kegiatan mengeluarkan makanan dari rumen untuk dikunyah didalam mulut (regurgitasi), setelah halus pakan ditelan kembali (redeglutisi) dan masuk menuju reticulum (Faresty Claudia, 2016).
Frekuensi ruminasi yang lebih tinggi mengindikasi bahwa ternak tersebut banyak mengonsumsi pakan yang mengandung serat kasar tinggi sehingga ketersediaan asam asetat dalam rumen meningkat yang merupakan prekursor lemak susu dan menyebabkan ternak lebih banyak mengunyah (Faresty Claudia, 2016).
2.4. Periode Ruminasi
Jumlah periode ruminasi, dihitung mulai satwa ruminasi sampai satwa berhenti ruminasi, dengan ketentuan bila berhenti selama 4 menit maka dinyatakan dalam satu periode ruminasi (kali/hari)(Aunurohim, 2013) .
BAB III
MATERI DAN METODA
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di fapet farm fakultas peternakan universitas jambi, yang dimulai pada hari sabtu tanggal 20 April sampai dengan tanggal 5 Mei 2019, pada pukul 06.00 WIB sampai 06.00 WIB (24 jam).
3.2. Materi
Materi yang digunakan pada praktikum nutrisi ternak perah ini yaitu 3 ternak sapi perah, tasbih digital, kertas, dan pena.
3.3. Metoda
Metoda yang dipakai dalam praktikum ini yaitu pertama pada proses lama makan, praktikan mulai menghitung saat sapi mulai mengambil pakan, waktu dihentikan ketika sapi sudah berhenti mengunyah atau sudah tidak lagi mengambil makanan, kemudian catat lama waktu yang sudah didapat dengan kategori lama makan. Pada pengamatan siklus atau bolus, praktikan harus melihat berapa kali sapi mengunyah pakan yang dikeluarkan kembali dari rumen menuju mulut, ini merupakan proses redeglutisi, hitung berapa kali bolus atau gumpalan makanan yang di muntahkan kembali menuju mulut. Kemudian pada proses pengamatan ruminasi yaitu dilakukan dengan menghitung berapa kali sapi mengunyah bolus secara bergantian, catat jumlah perhitungan sapi mengunyah. Terakhir pada proses pengamatan periode ruminasi yaitu ditentukan dengan menghitung jeda waktu ketika sapi mengunyah bolus, periode ditentukan dengan jeda waktu selama 1 menit, jika waktu jeda sudah mencapai 1 menit, berarti ruminasi sudah memasuki periode baru. Semua pengamatan dilakukan selama 24 jam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Lama Makan
Tingkah laku yang diamati dalam praktikum ini adalah tingkah laku makan. Perilaku makan merupakan seluruh proses ternak dalam mengonsumsi pakan guna memenuhi kebutuhan hidup pokoknya. Salah satu faktor yang mempengaruhi pola tingkah laku makan sapi perah yaitu pakan.
Dibawah ini merupakan hasil pengamatan dan perhitungan mengenai lama makan pada ternak sapi yang dilakukan selama 24 jam :
Tabel 1. Lama makan
Minggu
|
Lama Makan
| ||
P1
|
P2
|
P3
| |
I
|
338 menit
|
336 menit
|
224 menit
|
II
|
344 menit
|
385 menit
|
258 menit
|
III
|
418 menit
|
364 menit
|
404 menit
|
Jumlah
|
1100 menit
|
1085 menit
|
886 menit
|
Rata-rata
|
367 menit
|
362 menit
|
295 menit
|
Melihat dari Tabel 1, bahwasanya lama makan pada sapi P1 selama 3 minggu pengamatan berbeda cukup nyata yaitu 367 menit selama 3 x 24 jam dibandingkan dengan sapi p2 dan p3 (362 menit, 295 menit). Hal ini mungkin disebabkan karena sapi P1 masih terbilang muda dibandingkan sapi P2 dan P3, sehingga sapi P2 lebih banyak diberikan makanan, kemudian jenis hijauan yang diberikan lebih bernutrisi untuk mengutamakan pertumbuhan sapi. Sesuai pendapat dariFaresty Claudia, (2016), yang menyatakan bahwa jenis dan jumlah pakan yang diberikan sangat mempengaruhi frekuensi makan ternak. Namun hasil diatas sedikit berbeda dari penelitian Sodiq (2004) menyatakan bahwa Total lama waktu makan dalam satu hari penelitiannya berkisar antara 233,90 sampai 299,83 menit. Aktivitas makan (deglutisi) yang paling tinggi terdapat pada pagi dan sore hari.
Menurut penelitian dari Faresty Claudia, (2016), Hal tersebut akan menyebabkan ternak yang sudah kenyang akan berhenti makan sementara, dan kemudian melanjutkan makannya setelah perutnya merasa lapar kembali sehingga frekuensi makan ternak akan tinggi. Frekuensi makan yang tinggi tersebut akan berdampak terhadap lama ternak makan.Kemudian kandungan serat kasar hijauan yang tinggi menyebabkan waktu makan ternak lebih lama serta laju degradasi dalam retikulo-rumen melambat.
4.2. Bolus/Siklus
Bolus adalah makanan berbentuk kasar yang dikeluarkan kembali dari rumen menuju mulut agar dikunyah kembali supaya lebih halus, kemudian ditelan kembali menuju retikulum.Kemudian aktivitas mengunyah bolus, yaitu aktivitas yang dimulai dengan mengunyah bolus yang telah dikeluarkan dari rumen ke mulut hingga aktivitas menelan beberapa bolus(R. Setianah, 2004) . Data yang didapat dari perhitungan bolus yaitu sebagai berikut :
Tabel 2. Bolus/Siklus
Minggu
|
Bolus/Siklus
| ||
P1
|
P2
|
P3
| |
I
|
414
|
544
|
235
|
II
|
454
|
459
|
453
|
III
|
356
|
556
|
397
|
Jumlah
|
1224
|
1559
|
1085
|
Rata-rata
|
408
|
520
|
362
|
Berdasarkan hasil pada Tabel 2, nilai rataan bolus tertinggi didapatkan pada sapi P2 selama perhitungan 3 minggu yakni 520, didapatkan nilai ini diasumsikan dengan banyaknya jumlah bolus yang dikeluarkan dan dikunyah kembali oleh sapi pada periode tersebut. Sesuai dengan pendapat R. Setianah (2004), yang menyatakan bahwaaktivitas mengeluarkan bolus yaitu aktivitas yang dimulai dari dikeluarkan bolus dari rumen menuju ke mulut hingga kambing melakukan aktivitas mengunyah bolus. Didukung oleh pendapat Aunurohim (2013), Tingkah laku ruminasi adalah pengeluaran makanan darirumen yang dimuntahkan ke mulut (regurgitasi) yang ditandai dengan adanya bolus yang bergerak kearah atas di kerongkongan dari rumen.
Tingkah laku ruminasi yaitu pengeluaran makanan dari rumen yang dimuntahkan ke mulut (regurgitasi) yang ditandai dengan adanya bolus yang bergerak ke arah atas di kerongkongan dari rumen, setelah halus pakan akan ditelan kembali (redeglutisi) dan masuk menuju reticulum. Sesuai pendapat (Noorizky Oetami, 2015) , deglutisi dan redeglutisi merupakan proses penelanan bolus, perbedaannya adalah deglutisi dilakukan setelah aktivitas prehensi dan mastikasi, sedangkan redeglutisi diawali dengan proses regurgitasi terlebih dahulu.
4.3. Ruminasi
Ruminasi adalah proses dimana ternak mengunyah kembali makanan yang masih memiliki partikel kasar, biasa disebut dengan bolus-bolus. Setelah makanan menjadi halus, pakan yang halus akan kembali ditelan menuju rtikulum. Hasil pada pengamatan ruminasi yaitu :
Tabel 3. Ruminasi
Minggu
|
Ruminasi
| ||
P1
|
P2
|
P3
| |
I
|
15122
|
27811
|
9363
|
II
|
14272
|
21761
|
16910
|
III
|
13317
|
29410
|
12755
|
Jumlah
|
42711
|
78982
|
39028
|
Rata-rata
|
14237
|
26327
|
13009
|
Dilihat dari Tabel 3, ruminasi sapi P2 sangat berbeda nyata dibanding sapi P1 dan P3.Hal ini mungkindikarenakan ternak pada siang hari lebih sering untuk makan.Sedangkan pada malam hari, ternak lebih sering untuk istirahat dan ruminasi.Banyaknya ruminasi tergantung dengan kualitas mikroba dalam rumen dalam mengolah pakan. Damayanti Erna (2017), menyatakan bahwa sapi perah akan mampu berproduksi tinggi ketika kebutuhan nutrien terpenuhi dan dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak melalui proses pencernaan didalam rumen secara fermentatif.
Menurut Sodiq (2004), Frekuensi ruminasi malam hari lebih lama dari pada siang hari, hal ini karena pada waktu siang hari ternak cenderung mengkonsumsi pakan, dan melakukan ruminasi pada malam hari. Frekuensi ruminasi siang hari tidak berbeda karena pada siang hari ternak lebih banyak melakukan aktivitas makan.
4.4. Periode Ruminasi
Periode ruminasi yaitu ditentukan dengan menghitung jeda waktu ketika sapi mengunyah bolus, periode ditentukan dengan jeda waktu selama 1 menit, jika waktu jeda sudah mencapai 1 menit, berarti ruminasi sudah memasuki periode baru. Hal ini berbeda dengan pernyataan dari Aunurrohim (2013) yang menyatakan jumlah periode ruminasi, dihitung mulai satwa ruminasi sampai satwa berhenti ruminasi, dengan ketentuan bila berhenti selama 4 menit maka dinyatakan dalam satu periode ruminasi. Data periode ruminasi sebagai berikut :
Tabel 4. Periode Ruminasi
Minggu
|
Periode Ruminasi
| ||
P1
|
P2
|
P3
| |
I
|
36
|
37
|
16
|
II
|
9
|
16
|
15
|
III
|
25
|
10
|
16
|
Jumlah
|
70
|
63
|
47
|
Rata-rata
|
23
|
21
|
16
|
Berdasarkan data Tabel 4, nilai rataan periode ruminasi yang paling banyak yaitu pada sapi P1 dengan nilai 23, dibandingkan dengan sapi P2, dan P3. Banyaknya periode bias tergantung dengan konsumsi makanan dari sapi tersebut. Hal ini bisa disebabkan karena system pemeliharaan dari ternak tersebut. Ternak yang dikandangkan akan terbatas konsumsi pakannya sedangkan ternak yang bebas dilepas, lebih mudah mencari makanan yang disukai. Menurut Falesty Claudia (2016),ternak yang dipelihara dengan cara dikandangkan, pola pemberian pakannya diatur oleh manusia atau peternak sehingga lama waktu makan ini berhubungan dengan ketersediaan pakan dalam kandang. Semakin banyak kuantitas pakan yang diberikan maka ternak tersebut dapat mengonsumsi pakan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhannya dan semakin lama pula waktu yang diperlukan ternak untuk makan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini adalah lama makan pada ternak sapi perah dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan jenis hijauan, ternak akan banyak makan pada suhu yang normal, dan hijauan yang disukai dari ternak, serta ternak lebih banyak makan pada malam hari hari, lama ruminasi pada ternak di pengaruhi oleh umur, karena semakin tua suatu ternak maka lama ruminasinya lebih sedikit, dibandingkan ternak muda, berbeda dengan bolus dan periode ternak tua lebih banyak melakukan bolus dan periode.
5.2 Saran
Saran untuk pratikum ini semoga kedepannya lebih efektif lagi, pada saat pratikum adanya tempat khusus untuk melakukan kegiatan pratikum, serta bagi teman-teman agar lebih kompak dalam bekerjasama, sehimgga tercapainya pratikum yang nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurohim, V. S. 2013. Tingkah laku makan rusa sambar (Cervus unicolor) dalam konservasi ex-situ di kebun binatang surabaya. JURNAL SAINS DAN SENI POMITS, 02, 171-176.
Damayanti Erna, 2017. Evaluasi Kecukupan Nutrien Sapi Perah Terhadap Produksi dan Kualitas Susu Serta Performa yang Dihasilkan Pada Peternakan Rakyat. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kusuma. I M. D., N. L. 2015. Perbedaan tingkah laku makan sapi bali yang dipelihara ditempat pembuangan akhir desa pedungan dan sentra pembibitan sapi bali sobangan. Jurnal Peternakan Tropika, 03, 667-678.
Noorizky Oetami, D. H. 2015. Tingkah laku deglutisi, regurgitasi, dan redeglutisi serta lama ruminasi pada domba garut yang dikandangkan. Jurnal ilmu-ilmu peternakan, 06, 1-10.
R. Setianah, S. J. 2004. Tingkah laku makan kambing lokal persilangan yang digembalakan dilahan gambut : studi kasus dikalampangan, palangkaraya, kalimantan tengah. Jurnal Media Peternakan, 27, 111-122.
Sodiq, M. B. 2014. Tingkah laku makan sapi peranakan ongole yang diberi pakan berbasis jerami padi amoniasi dengan metode pemberian yang berbeda. Agripet, 14, 17-24.
Usman, Y. 2008. Pemberian Pakan Serat Sisa Tanaman Pertanian (Jerami Kacang Tanah, Jerami Jagung, Pucuk Tebu) Terhadap Evolusi pH, N-NH3 dan VFA Di dalam Rumen Sapi. yuiyiuyui, 23, 122-133.
0 Response to "LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK PERAH"
Posting Komentar
Silahkan Masukan Pendapat dan Saran Teman-teman Di bawah ini.