MAKALAH TUGAS MATA KULIAH
TEKNOLOGI HASIL TERNAK
Sifat-Sifat
Fisikokimia Pati Ubi Kayu Terfermentasi Khamir Indigenus Tapai
DOSEN PENGAMPUH:
Dr.
Ir. AFRIANI, M. P.
OLEH:
M.UTAMA
MANDALA PUTRA
E10017015
A
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
alhamdulillah kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa , karena telah
melimpahkan rahmat-nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman
yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusun dengan baik dan rapi. Makalah ini dibuat guna untuk memenuhi tugas mata
kuliah teknologi hasil ternak oleh dosen fakultas peternakan yaitu ibu Dr. Ir.
AFRIANI, M. P.
Kami berharap semoga makalah
ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami
memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi
Jambi, Oktober 2019
M.Utama
Mandala Putra
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................ 1
1.2. Tujuan .................................................................................... 1
1.3.
Manfaat................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 3
2.1. Sanitasi Kandang.................................................................... 3
2.2.
Pemeriksaan Ternak ............................................................... 3
BAB III PROSEDUR KERJA.............................................................. 5
3.1. Waktu dan Tempat................................................................. 5
3.2.
Alat dan Bahan....................................................................... 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ubi kayu (Manihot
esculenta Crants) merupakan bahan pangan yang banyak mengandung pati (starchy
food). Ubi kayu sebagai komoditas pangan lokal memiliki potensi untuk menjadi
produk pangan ekspor. Beberapa contoh produk olahan ubi kayu yang sudah
diindustrikan diantaranya yaitu gaplek, tepung ubi kayu, tepung ubi kayu
terfermentasi (MOCAF/modified cassava flour), beras ubi kayu.
Fermentasi ubi kayu
juga dapat menghasilkan produk seperti tapai, peuyeum, gatot, growol, fufu dan
lafun. Teknologi fermentasi dapat menghasilkan produk dengan cita rasa tertentu
atau bahkan mampu memperbaiki karakteristik mutu produk. Khamir banyak
digunakan sebagai starter pada proses fermentasi bahan pangan berpati seperti
tape, sirup kaya fruktosa (high fructose syrup/HFS), dan bir. Khamir dalam
pembuatan tapai berperan mendegradasi pati menjadi glukosa maupun senyawa
aromatik seperti alkohol dan asam organik. Proses fermentasi tapai dipengaruhi
oleh cara pengolahan, bahan, dan khamir yang digunakan. Kemampuan untuk
mendegradasi pati tidak sama pada setiap khamir, namun beberapa khamir telah
terindentifikasi mampu mendegradasi pati.
Beberapa penelitian
melaporkan bahwa khamir pada tapai diantaranya yaitu S. cerevisiae, C. krusei,
C. pelliculosa, C. utilis, C. spharearica, C. magnoliae, R. mucillaginosa, R.
glutinis. Khamir pada ragi tapai yaitu Trichosporon sp, Clamydomucor sp,
Candida sp, dan Saccharomyces sp. Schwan dkk., (2007) melaporkan bahwa khamir
tertentu juga memiliki sifat amilolitik yang berarti khamir tersebut mampu
menghasilkan enzim amilase. Sifat fungsional pati dapat ditingkatkan atau
diperbaiki melalui teknologi fermentasi. Fermentasi pati ubi kayu dapat
meningkatkan sifat granula pati, meningkatkan daya kembang (Armanto dkk., 2008),
dan menurunkan kadar amilosa.
1.2. Tujuan
A.
Mengetahui pertumbuhan saccharomyces dan
lactobacillus plantarum selama fermentasi.
B.
Mengetahui perubahan kimia substrat selama
pembuatan tapioka secara fermentasi meliputi pH, total asam, dan total gula
produksi.
C.
Mengetahui pengaruh sifat fisikokimia pati ubi kayu
yang difermentasi menggunakan kultur campuran berupa saccharomyces cerevisiae
dengan lactobacillus plantarum meliputi amilosa, amilopektin, protein dan
struktur granula pati.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pertumbuhan Khamir Selama Fermentasi Pati Ubi
Kayu
Pati ubi kayu difermentasi secara terendam menggunakan khamir indigenus
tapai yaitu C. guilliermondii, T. mucoides, S. fibuligera, dan C. tropicalis.
Pertumbuhan khamir dan perubahan pH air rendaman pati terfermentasi diamati
selama 24, 48, dan 72 jam. Pertumbuhan S.
fibuligera lebih cepat dibandingkan dengan C. guilliermondii, T. mucoides atau
C. tropicalis. Populasi S. fibuligera setelah inkubasi 24 jam, 48 jam dan 72
jam berturut-turut yaitu 5,96 log10 CFU/ml, 5,56 log10 CFU/ml, 6,77 log10
CFU/ml. Populasi C. guilliermondii lebih rendah daripada S. fibuligera
berturut-turut setelah inkubasi pada 24 jam, 48 jam dan 72 jam yaitu 6,47 log10
CFU/ml, 4,96 log10 CFU/ml, dan 4,56 log10 CFU/ml. Populasi pertumbuhan C.
tropicalis setelah inkubasi 24 jam yaitu 6,58 log10 CFU/ml, setelah inkubasi 48
jam yaitu 5,26 log10 CFU/ml, dan setelah inkubasi pada 72 jam yaitu 6,45 log10
CFU/ml. Populasi T. mucoides setelah inkubasi pada 24 jam yaitu 6,67 log10
CFU/ml, setelah inkubasi pada 48 jam yaitu 5,96 log10 CFU/ml, dan setelah
inkubasi 72 jam yaitu 6,74 log10 CFU/ml.
Penelitian lainnya melaporkan bahwa peningkatan populasi khamir ketika
fermentasi ubi kayu menggunakan S. cerevisiae, L. plantarum, dan R. orizae
terjadi setelah difermentasi selama 24 jam (Gunawan dkk., 2015). Populasi khamir saat
fermentasi pati ubi kayu secara alami selama 1 hari sebesar 7,8 log10 CFU/ml.
Fermentasi pati asam menunjukkan peningkatan populasi khamir hingga 6,2 log10
CFU/ml.
Tingkat Keasaman Air Rendaman Selama Fermentasi Pati Ubi Kayu. Penurunan pH pati
selama fermentasi oleh khamir indigenus, akan tetapi penurunan pH tersebut tidak
besar seperti halnya jika fermentasi dilakukan oleh bakteri asam laktat. Khamir yang mampu
tumbuh pada substrat berpati berarti mampu menghasilkan enzim amilase untuk
mendegradasi pati menjadi glukosa sebagai sumber karbonnya.
2.2. Sifat Fisikokimia Pati Ubi Kayu Terfermentasi
Khamir Indigenus Tapai
Sifat-sifat pasta
pati ubi kayu ditentukan dengan alat RVA. Fermentasi meningkatkan nilai
viskositas trough, breakdown, dan viskositas akhir pati ubi kayu dibandingkan
kontrol pati ubi kayu. Pati ubi kayu alami memiliki viskositas puncak yang
tinggi yaitu 4844 cP, dan mengalami penurunan viskositas breakdown yang cukup
tajam yaitu 1714 cP. Pati ubi kayu terfermentasi khamir indigenus tapai
memiliki viskositas puncak, dan viskositas breakdown lebih tinggi yaitu
berkisar antara 4331 cP - 4918 cP untuk viskositas puncak, dan 1831 cP - 2072
cP untuk viskositas breakdown. Pati yang memiliki puncak viskositas tinggi dan
mengalami penurunan viskositas breakdown yang tajam mengindikasikan bahwa pati
tersebut kurang tahan atau kurang stabil selama proses pemanasan. Yuliana dkk., (2014) menjelaskan rendahnya
kemampuan pati ketika dipanaskan dengan pengadukan selama pemasakan bisa
dilihat dari nilai breakdown pati terfermentasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pati tanpa fermentasi.
Pati ubi kayu
terfermentasi oleh T. mucoides selama 48 jam memiliki viskositas setback
tertinggi yaitu 833 cP. Hal ini sesuai dengan viskositas akhir yang tinggi pula
yaitu 2914 cP, dibanding viskositas setback pati ubi kayu kotrol yaitu 753 cP.
2.3. Daya Kembang Pati Ubi Kayu Terfermentasi
Kemampuan menyerap
air pada fase pati dalam bentuk suspensi cairan tergelatinisasi, dan kapasitas
menahan air tersentrifugasi di bawah kondisi terkendali dapat merefleksikan
sifat daya kembang yang juga dapat menjelaskan sifat pati tergelatinisasi. Daya kembang semua pati ubi kayu meningkat
dengan meningkatnya suhu perlakuan. Pati ubi kayu terfermentasi menunjukkan
peningkatan nilai daya kembangnya baik terfermentasi selama 24 jam, 48 jam dan
72 jam.
2.4. Makrostruktur Granula Pati Ubi Kayu
Terfermentasi
Pengamatan
makrostruktur granula pati dilakukan pada pati ubi kayu terfermentasi selama 72
jam. Semakin lama fermentasi perubahan yang terjadi semakin nyata. Pengamatan granula pati ubi kayu dengan menggunakan alat
SEM akan terlihat perbedaannya jika difermentasi lebih dari 48 jam. Pengamatan
SEM pada pati ubi kayu yang terfermentasi 24 jam hingga 48 jam kurang
menunjukkan perubahan yang signifikan. Granula pati ubi kayu terfermentasi memiliki bentuk bulat
kecil tidak beraturan dengan ukuran 5μm-15μm. Bentuk yang demikian
mengindikasikan granula terliberasi selama fermentasi. Wahyuni dkk. (2017)
melaporkan bahwa granula pati ubi kayu terfermentasi tergolong tipe A yang
ditandai dengan karakteristik puncak yang tajam dengan tingkat kristalinitas
25,68%-20%. Granula pati
ubi kayu ukurannya berkisar 2μm-32 μm. Granula pati ubi kayu dalam aplikasinya
pada pembuatan roti berhubungan dengan struktur roti. Diduga granula pati yang
berkelompok akan melemahkan performa mengembangnya roti. Pati ubi kayu
terfermentasi menghasilkan 20% perubahan pada bagian permukaan granula pati.
Hasil pengamatan
SEM menunjukkan granula pati ubi kayu terfermentasi memiliki permukaan tidak
rata dengan gerigi/lubang yang dangkal berdiameter cukup besar. Hal ini diduga
akibat terhidrolisis oleh amilase maupun asam organik. Asam memiliki peran
dalam perubahan granula pati.
2.5. Gugus Fungsi Pati Ubi Kayu Terfermentasi
Dengan semakin lama
waktu fermentasi mengindikasikan perubahan yang lebih nyata baik nilai populasi
khamir maupun pH. Pengaruh fermentasi yang cukup signifikan menjadi alasan
untuk dilakukannya analisis gugus fungsi pati dengan alat FTIR. Profil gugus
fungsi pati ubi kayu terfermentasi khamir indigenus tapai dianalisis pada pati
yang terfermentasi 72 jam. Hal
ini karena pati yang memiliki nilai pH paling rendah yang mengindikasikan
perubahan yang lebih dibanding pati alami maupun yang terfermentasi kurang dari 72 jam.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Khamir indigenus
tapai mampu tumbuh selama fermentasi pati ubi kayu hingga meningkat sekitar 2
siklus log10 CFU/ml. Sifat-sifat fisikokimia pati ubi kayu terfermentasi oleh
khamir indigenus tapai (Candida guilliermondii, Trichosporon mucoides,
Saccharomycopsis fibuligera, puncak 2920 cm-1(gugus ikatan C-H), puncak 1630
cm-1 (kandungan air), 1149 cm-1(ikatan C-O-Culur asimetrik), puncak 1016
cm-1(sis amorphous).
3.2. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan
sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan
memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf,
alfa dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
Armanto, R., dan Nurasih, A. S. 2008. Kajian
konsentrasi bakteri asam laktat dan lama fermentasi pada pembuatan tepung pati
singkong asam. Agritech 28 (3):
97-101.
Gunawan, S., Widjaja, T., Zullaikah, S.,
Ernawati, L., Istianah, N., Aparamarta, H. W., dan Prasetyo, D. 2015. Effect of
fermenting cassava with Lactobacillus plantarum, Saccharomyces cereviseae, and
Rhizopus oryzae on the chemical composition of their flour. International Food
Research Journal 22 (3):
1280-1287.
Schwan, R. F., Almeida, E. G., Souza-dias,
M. A. G., dan Jespersen, L. 2007. Yeast diversity in rice-cassava fermentations
produced by the indigenous Tapirape people of Brazil. FEMS Yeast Research 7 (1): 966-972.
Wahyuni, S., Ansharullah, Saefuddin,
Holilah., dan Asranudin. 2017. Physico-chemical properties of Wikau maombo flour
from cassava (Manihot esculenta Crantz). Journal of Food Measurement and
Characterization 11 (1):
329-336.
Yuliana, Nety N. S.,
Sugiharto, R., dan Amhety, D. 2014. Effect of spontaneous lactic acid
fermentation on physico-chemical properties of sweet potato flour. Microbiology
Indonesia 8 (1): 1-8.
0 Response to "MAKALAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK"
Posting Komentar
Silahkan Masukan Pendapat dan Saran Teman-teman Di bawah ini.